JABAR EKSPRES – Pada hari Selasa, Mantan Perdana Menteri Palestina, Mohammad Shtayyeh, menyerukan Israel agar bertanggung jawab atas kerusakan dan korban jiwa yang terjadi di Jalur Gaza, dengan menuntut Israel membiayai rekonstruksi wilayah tersebut.
“Israel harus bertanggung jawab atas kehancuran dan korban jiwa di Jalur Gaza dan memikul tanggung jawab atas rekonstruksinya,” ujarnya.
Dalam pertemuan dengan Menteri Luar Negeri Jepang, Tsuji Kiyoto, di Ramallah, Shtayyeh menyampaikan tuntutan ini setelah mengumumkan pengunduran dirinya sembari menunggu pembentukan pemerintahan baru.
Shtayyeh mengecam Israel melakukan kejahatan terhadap warga Palestina, termasuk tindakan yang dikategorikan sebagai apartheid, dan bersikap seakan-akan mereka tidak dapat dituntut secara hukum.
Baca juga: Siapkah Indonesia Bergabung dengan BRICS? Pengamat Sebutkan Dua Syarat Krusial
Dia menekankan pentingnya menghentikan serangan terhadap warga Palestina di Jalur Gaza dan Tepi Barat, termasuk Yerusalem, serta membuka lebih banyak jalur untuk memfasilitasi pengiriman bantuan kemanusiaan dan medis.
Dalam usahanya untuk mendukung solusi dua negara, Shtayyeh mendesak agar diakhirinya pendudukan Israel dan pengakuan atas negara Palestina sesuai dengan perbatasan tahun 1967, dengan Yerusalem sebagai ibu kotanya.
Konflik tersebut telah mengakibatkan kematian hampir 30.000 orang di Jalur Gaza dan nyaris 1.200 korban jiwa di Israel, memicu kehancuran besar-besaran dan kekurangan kebutuhan dasar di Gaza.
PBB melaporkan bahwa 85% penduduk Gaza terpaksa mengungsi, menghadapi kekurangan makanan, air bersih, dan obat-obatan, sementara 60% infrastruktur di wilayah tersebut rusak atau hancur.
Israel menghadapi tuntutan di Mahkamah Internasional atas dugaan genosida, dengan keputusan sementara pada bulan Januari yang menginstruksikan negara tersebut untuk menghentikan tindakan genosida dan memastikan penyediaan bantuan kemanusiaan bagi warga sipil di Gaza.Sumber: Anadolu
Baca juga: Seruan 12 Negara Mendesak Israel untuk Hentikan Genosida di Gaza