Dalam situasi tersebut, relasi mandat antara wakil dan konstituennya menjadi nisbi. Artinya, para wakil itu bisa saja mengklaim keterpilihannya bukan lagi urusan mandat, tapi soal bisnis jabatan.
BACA JUGA: Hasil Survei ICRC, Mencuat Tiga Nama Para Kandidat Calon Wali Kota Banjar
“Realitas tersebut menjadi kegelisahan dan kritik bersama. Ini menjad lanskap yang buruk untuk masa depan pemerintahan di Kota Banjar kedepan. Sebentar lagi kita dihadapkan pada Pilwalkot, kita tidak ingin praktik brutal di pileg kemarin menjadi praktik kotor yang masih dijalankan di pilkada nanti,” jelasnya
Maka dari itu, dia mendorong agar para kandidat yang berniat maju di pilkada Banjar 2024 ini harus mulai mengutarakan narasi dan gagasan. Penuhi ruang publik dengan ide dan strategi arah pembangunan Kota Banjar kedepan.
“Mari kita kembalikan marwah kepemimpinan daerah dengan narasi-narasi besar. Kita geser fokus politik lokal kita dari soal transaksi dan kontestasi material kepada kontestasi pemikiran dan rekam jejak,” pungkasnya. (CEP)
BACA JUGA: BWP Bermasalah, Pengusaha Muda Ini Punya Solusi Jitu Andai Jadi Wali Kota Banjar