JABAR EKSPRES – Peneliti BRIN Erma Yulihastin menyampaikan bahwa angin kencang yang melanda Rancaekek Kabupaten Bandung dan Cimanggung Kabupaten Sumedang bukan puting beliung.
Erma mengungkap bencana tersebut merupakan angin badai tornado. Bahkan menurutnya pertama kali terjadi di Indonesia.
“Kronologi foto-foto dan video dari masyarakat dan media sangat membantu periset dalam mendokumentasikan extreme event yg tercatat sebagai tornado pertama ini,” ungkap Erma, dikutip JABAR EKSPRES dari akun X @EYulihastin, Kamis (22/2).
BACA JUGA: Tornado Melanda Rancaekek, Ini 3 Cara Berlindung dari Angin Tornado Agar Aman
Menurut Erma, terdapat perbedaan mencolok dari efek yang ditimbulkan angin puting beliung dan tornado.
Erma mengatakan, angin tornado memiliki skala kekuatan lebih tinggi dan radius yang lebih luas dari puting beliung.
“Angin tornado minimal kecepatan angin mencapai 70 km/jam. Dalam kajian kami di BRIN, angin puting beliung terkuat: 56 km/jam,” tuturnya.
BACA JUGA: PDIP Tolak Sirekap, Gerindra: Namanya Orang Kalah
Selain itu, Erma juga menjelaskan soal durasi puting beliung di Indonesia yang biasanya terjadi sekitar 5-10 menit.
Durasi 5-10 menit puting beliung itu pun dinilai Erma sudah sangat lama.
“Hanya ada satu kasus yang tidak biasa ketika puting beliung terjadi dalam durasi 20 menit di Cimenyan pada 2021,” terangnya.
BACA JUGA: Komnas HAM Bongkar Kepala Daerah yang Tak Netral dalam Pemilu 2024
Sebelumnya, angin kencang melanda perbatasan Kabupaten Sumedang dan Kabupaten Bandung, tepatnya di Kecamatan Cimanggung dan Rancaekek, Rabu (21/2) sore.
Bencana angin kencang tersebut terjadi sekitar pukul 16.00 WIB dan mengakibatkan kerusakan pada rumah warga serta pabrik textil di daerah tersebut.
Kemacetan cukup parah juga terjadi di Jalan Raya Bandung-Garut lantaran banyak pohon tumbang dan puing-puing atap rumah yang berserakan di jalanan.
BACA JUGA: Polemik Pelepasan Pemain U-23 ke Timnas Indonesia, Persib Bandung Mau Asal Begini
Kepala Pusat Data, Informasi dan Komunikasi Kebencanaan BNPB Abdul Muhari mengatakan bahwa angin kencang tersebut mengakibatkan atap rumah warga terbawa angin.
“Sebanyak 10 rumah mengalami kerusakan saat angin kencang terjadi,” kata Abdul Muhari dalam keterangan resminya, Rabu (21/2).