TBC Masih Jadi PR Pemprov Jabar

BANDUNG, JABAR EKSPRES – Kementrian Kesehatan (Kemenkes) meminta kepada Pemerintah Provinsi Jawa Barat (Pemprov Jabar) untuk segera menuntaskan penyebaran kasus Tuberkulosis atau TBC.

Pasalnya menurut Direktur Pencegahan dan Pengendalian Penyakit Menular (P2PM) Kemenkes, dr. Imran Pambudi, di tahun 2023 kemarin kasus TBC di Jabar ditemukan telah menyampai angka sekitar 160 ribu lebih.

“Tapi itu cukup bagus dalam hal programnya seperti penemuan kasus (TBC), mulai pengobatan. Untuk penemuan kasusnya (Jabar) sudah diatas 100 persen, tetapi PR besarnya itu bagaimana yang sudah diobati sampai selesai pengobatan,” katanya usai menghadiri kegiatan Kick Off USAID Bebas TBC di Provinsi Jawa Barat, di Jalan Cihampelas, Kota Bandung, Rabu (21/2).

BACA JUGA: Lemahnya Sistem Drainase, Musabab Sulitnya Tuntaskan Permasalahan Banjir di Kota Bandung

Imran menambahkan, pengobatan TBC memerlukan waktu yang cukup lama yakni sekitar 6 bulan. Oleh karena itu ia meminta kepada Pemprov Jabar dengan temuan kasus yang cukup bagus, agar dapat segera menuntaskan pengobatan kepada penderita TBC.

“Pengobatan TBC itu 6 bulan, ini mungkin ada yang terputus, jadi ini harus butuh perhatian, tetapi secara overall (keseluruhan) Jabar dalam 2 tahun ini sudah sangat bagus dibandingkan tahun-tahun sebelumnya,” imbuhnya

Ditempat yang sama, Plh. Asisten Pemerintahan dan Kesejahteraan Rakyat Sekretariat Daerah (Setda) Jabar, Dodo Suhendar menyebut saan ini ada 5 Kabupaten/kota yang memiliki cakupan TBC paling tinggi.

“Jadi dengan program ini (Kick Off USAID Bebas TBC) kita akan coba di 5 lokasi seperti Kabupaten Bogor, Kota Bandung, Kota Bekasi, dan Kabupaten Bandung. Jadi ini akan kita coba mulai dari masalah manajemen hingga peran masyarkat,” katanya.

BACA JUGA: Bonus Atlet yang Tertunda Segera Cair, Pemda KBB Siapkan Rp15 Miliar

Dodo menyebut, kendala yang selalu dihadapi dalam penuntasan kasus TBC di Jabar, yakni masih banyak masyarakat yang melakukan pengobatannya tidak tuntas.

“Di jabar permasalahannya itu ketika sudah ditemukan, yang berobat hanya setengahnya. Sehingga mungkin pendekatan, sistem informasi, pendampingan, harus dilakukan dan harus dibahas bersama-sama, karena Faktor yang mempengaruhi TBC itu, perilaku, status gizi, kondisi ekonomi, dan rumah tidak layak. Jadi itu yang menimbulkan cenderung terkena TBC,” ungkapnya

Berita Terkait

Tinggalkan Balasan