Aartje lebih lanjut menekankan bahwa menurut penelitian PK-HASA, pemerintah telah gagal dalam mengimplementasikan reformasi agraria.
Maraknya isu-isu terkait agraria di masyarakat, yang seringkali berujung pada tuntutan pidana, menyebabkan penderitaan di kalangan petani dan penggarap lahan.
“Salah satunya telah terjadi alih fungsi pertanian, sengketa, konflik tanah yang sangat merugikan masyarakat. Kemiskinan dan pengangguran dimana-mana. Pada akhirnya terjadi kesenjangan sosial sehingga ada ‘petani-petani berdasi’,” ucap Aartje.
Aartje mengungkapkan kekecewaannya bahwa, menjelang pemilihan presiden, ketiga kandidat tidak cukup vokal dalam menyuarakan program reforma agraria mereka.
Meskipun sangat penting, isu ini tampaknya diabaikan oleh para kandidat.
BACA JUGA: KPU RI Resmi Umumkan 12 Panelis Debat Kelima Pilpres 2024, Ini Daftarnya!
“Kita perlu mendapatkan pemimpin yang progresif yang dapat menyelesaikan isu-isu ketimpangan dalam melaksanakan reforma agraria,” kata Aartje.
Sebagai Ketua Umum PK-HASA, ia menilai bahwa salah satu penyebab kemiskinan di Indonesia adalah lemahnya struktur reforma agraria.
“Rendahnya akses petani terhadap tanah dan belum optimalnya pendayagunaan sumber lahan sebagai sumber daya pertanian. Itu sangat lemah sekali,” pungkas Dosen di Universitas Kristen Indonesia itu.