“Saya mau pindah juga sayang aja udah punya tempat, apalagi kalau inget dulu buat dapat posisi kios cukup sulit karena dulu kondisi pedagang PSC cukup banyak di tiap kios ada,” terangnya yang kini berdiri mengambil sapu untuk membersihkan area depan toko.
Diakui Dani, kondisi TPS kian parah dengan banyaknya warga luar pasar yang sengaja membuang sampah rumah tangga. Meski telah berkali-kali menyampaikan keluhan kepada pihak PT BKA, namun pengelola dinilai tak berupaya maksimal.
“Bilangnya tergantung Dinas Kebersihan (DLH) Kabupaten Bandung. Maksud kami pedagang apakah gak ada upaya lain selain nunggu pengangkutan, minimal biar warga luar gak buang sampah ke sini,” bebernya sambil hilir mudik menyapu area pinggir dan depan toko.
Di tengah panas terik matahari sekira pukul 13.40 WIB, Dani mengungkapkan, selain kerap dihiasi sampah kondisi PSC kian terpuruk dengan menjamurnya Pedagang Kaki Lima (PKL) di luar pasar.
“Kita setiap hari bayar iuran kebersihan Rp5.000, tapi kondisi tetap begini, penjualan juga makin sepi. Konsumen keburu banyak ditarik PKL,” ungkapnya yang kini duduk kembali di atas bangku.
Keringat terlihat mengalir basahi jidat serta kaos Dani, nafasnya seakan pasrah dengan keadaan, berharap muncul keajaiban datangnya banyak konsumen membeli barang dagangannya.
Meski dihadapkan dengan kondisi pasar yang buruk hingga PKL menjamur, Dani tetap optimis menjajakan dagangannya dengan tujuan dapat menafkahi sang istri yang menunggu di rumah.
“PKL di luar pasar mereka macam-macam jualannya, jadi konsumen keburu beli di luar. Kalau pun ke dalam pasar sepertinya gak mau juga karena sampah menumpuk,” imbuhnya yang sudah lelah usai membersihkan area toko meski tetap terlihat kotor akibat tumpukan sampah.
“Kalau hujan di area sini banjir sekitar 50 centimeter, kita sedot pakai mesin juga tetap gak jadi membuat warga pengen datang buat jua-beli. Pasti jijik, bau dan risih,” ucap Dani dengan nada bicara yang mulai bergetar, seakan emosi mengingat barang dagangannya belum juga dilirik oleh konsumen.
Miris, pasar yang dinamai bersih justru bertolak belakang dengan kondisi realita. PSC yang dianggap akan menjadi tempat perniagaan dengan konsep higenis dan ekonomis, justru menjadi tempat yang enggak dikunjungi warga.