JABAR EKSPRES- Pada awal pekan ini, Senin (22/1/2024), nilai tukar rupiah mengalami kenaikan tipis saat pembukaan perdagangan. Mata uang Garuda memulai perdagangan pada level Rp15.611 per dolar AS, meningkat 4 poin pada awal sesi pagi.
Namun, penguatan tersebut bersifat singkat dan kemudian terjadi pelemahan sebesar 6,50 poin atau 0,04 persen ke level Rp15.621,5 per dolar AS.
Ariston Tjendra, seorang pengamat pasar keuangan, menyoroti potensi penguatan rupiah terhadap dolar AS hari ini. Sentimen positif terlihat dari kenaikan indeks saham Asia, yang diyakini mendukung penguatan rupiah.
BACA JUGA : Harga Emas Turun Rp1.000 Jadi Rp1,127 Juta per Gram
Faktor lain yang memengaruhi prediksi ini termasuk penurunan indeks dolar AS dan ekspektasi tinggi terkait pemangkasan suku bunga acuan AS, yang diperkirakan akan terjadi pada rapat bank sentral AS (Federal Reserve) pada Mei 2024, sebagaimana terlihat dalam survei CME FedWatch Tool.
Meskipun ekspektasi pemangkasan suku bunga AS tinggi, pelaku pasar tetap berhati-hati. Mereka memantau pernyataan pejabat Federal Reserve yang menunjukkan sikap hati-hati terkait pemangkasan suku bunga, serta perbaikan data ekonomi AS yang dapat mencegah pelemahan dolar AS.
Faktor lain seperti data ekonomi yang akan dirilis dan perkembangan konflik di Timur Tengah juga dianggap dapat memberikan arah baru bagi pasar dan mempengaruhi pergerakan dolar AS.
Lukman Leong, seorang pengamat pasar keuangan, juga memproyeksikan potensi penguatan rupiah terhadap dolar AS, didukung oleh data penjualan rumah yang menunjukkan penurunan ke tingkat terendah dalam 13 tahun.
BACA JUGA : Cek Fakta Saldo DANA Gratis Rp4.200.000 dari Pemerintah, Benarkah?
Meski demikian, penguatan rupiah diperkirakan akan terbatas karena hasil survey Michigan menunjukkan sentimen konsumen yang kuat dan pernyataan hawkish dari pejabat Federal Reserve Daly.
Rentang pergerakan rupiah diperkirakan akan berada antara Rp15.550 hingga Rp15.650 per dolar AS, dengan Ariston memproyeksikan potensi penguatan menuju Rp15.580 per dolar AS, sementara ada potensi resisten di Rp15.650 yang dapat mengakibatkan kesulitan penguatan dan mungkin mengalami koreksi.