Kurangi Sampah Organik, Pemkot Bandung Dalami Efektivitas Magot

JABAR EKSPRES, BANDUNG  – Di tengah masa kedaruratan, Pemerintah Kota (Pemkot) Bandung terus berupaya dalam menekan angka timbunan sampah, melalui inisiasi ragam program guna mengatasi permasalahan tersebut.

Salah satunya yakni magotisasi atau pengembangbiakan larva lalat black soldier fly (lalat BSF) yang kini sudah disebar di 151 kelurahan. Pemkot mengklaim bahwa hal tersebut mampu mengarungi jenis sampah organik yang ada di Kota Bandung.

Kelurahan Nyengseret, Kecamatan Astanaanyar, jadi salah satu wilayah yang telah menerapkan program tersebut. Magot jenis larva lalat berhasil di kembang biakan lewat pemberian pakan berupa sampah organik.

Baca juga: 1 Unit Mobil Terbakar di Jalan Raya Rancaekek-Majalaya, Beruntung Tak Ada Korban Jiwa

Kasi Ekbang, Kelurahan Nyengseret, Fahmi Hafizah mengungkapkan, peternakan magot ini sudah berlangsung sejak Juni 2023. Namun menurutnya, kala itu skalanya masih kecil.

“Ketika adanya darurat sampah, Pemerintah Kota Bandung memberikan fasilitas berupa anggaran untuk budidaya magot dalam jumlah besar dengan tujuan mengolah sampah organik,” kata Fahmi, Jumat (22/12).

Namun, menurutnya, efektivitas penggunaan magot dalam mengurangi jenis sampah organik masih terkendala hal lain. Masalah tersebut yakni sampah yang harus terlebih dahulu melalui proses fermentasi.

“Tapi seiring dengan proses magotisasi, kan magot ini harus yang empuk jadi sampah organik nya, jadi harus difermentasikan dulu. Karena kalo langsung itu prosesnya cukup lama dan kurang efektif untuk magot,” katanya

Sehingga, program yang dikembangkan oleh Kelurahan Nyengseret perihal jemput bola sampah kepada masyarakat yang per harinya terkumpul sebanyak 100 kilogram, tidak bisa diselesaikan lewat program magotisasi.

Maka dari itu, pihaknya bekerja sama dengan TPS3R yang berada di Kelurahan Panjunan. Hal tersebut guna melakukan proses pemilahan sampah jenis organik yang bakal dijadikan kompos.

“Dari situ sampah organiknya awalnya itu kita kerja sama dengan TPS3R karena dulu magotnya belum sebanyak ini. Tapi sampai sekarang juga masih bekerja sama dengan TPS3R Panjunan, karena pengolahan sampah organik di kita masih terbatas,” lanjutnya.

Dengan hal tersebut, diakui Fahmi, sampah jenis organik yang ada di Kelurahan Nyengseret kini mulai mengalami pengurangan. Hal tersebut dampak dari sosialisasi yang terus dilakukan oleh aparat kepada masyarakat, terkait pemilah sampah secara mandiri.

Berita Terkait

Tinggalkan Balasan