CIMAHI, JABAR EKSPRES – Sebanyak 146.751 warga disabilitas di Jawa Barat yang saat ini diberikan sosialisasi oleh KPU Jabar terkait pemilihan suara pada Pemilu 2024 mendatang.
Hedi Ardia, Ketua Divisi Sosialisasi, Pendidikan Pemilih, dan Partisipasi Masyarakat pada KPU Jabar menekankan pentingnya memberikan perlakuan yang sama kepada semua masyarakat, bukan hanya fokus pada jumlah.
“Yang perlu kami berikan sebagai penyelenggara pemilu bukan hanya sebatas jumlah, melainkan perlakuan yang adil,” jelas Hedi pada awak media beberapa waktu lalu.
Kedepannya, ia akan memberikan simulasi terkait pemilihan suara di TPS yang akan melibatkan juga para disabilitas.
“Simulasi juga jadi masukan kedepannya simulasi pemilihan itu untuk di TPS ke depan perlu juga melibatkan disabilitas,” tambahnya.
Ketika ditanya mengenai fasilitas Pemilu 2024 untuk warga disabilitas, Hedi mengatakan, KPU Jabar telah menerima banyak masukan dari mereka. Ini akan menjadi pertimbangan evaluatif agar di masa mendatang tidak ada kendala bagi warga disabilitas dalam melaksanakan hak suara mereka.
“Hari ini banyak masukan dari kaum disabilitas, mereka mengeluhkan tentang akses ke TPS yang sering kali jadi kendala buat mereka. Kadang-kadang ke TPS ini kurang memperhatikan mereka,” kata Hedu.
BACA JUGA: Antusiasme Warga Disabilitas di Cimahi saat Sosialisasi Pemilu 2024, Akses ke TPS Jadi Sorotan
Permintaan lain dari masyarakat, termasuk pemindahan surat pindah memilih, dengan harapan proses ini dapat dilakukan secara daring untuk meningkatkan kemudahan mobilitas mereka.
“Mereka mengusulkan agar dapat dibuat secara daring, karena mereka itu kesulitan kalau harus melakukan mobilitas. Itu masukan yang sangat berharga dari kami dalam sosialisasi,” jelasnya.
Hedi mengatakan bahwa sosialisasi KPU Jabar mengejutkan karena warga disabilitas memiliki pemahaman tentang pemilu yang melebihi masyarakat umum. Bahkan, menurutnya para mahasiswa terkait pengetahuan pemilu kalah dibandingkan dengan warga disabilitas.
“Mahasiswa justru kalah dalam pengetahuan mengenai pemilu saat saya melakukan sosialisasi di kampus-kampus. Ketika saya menanyakan jumlah peserta pemilu dan tanggal pelaksanaannya, mereka (mahasiswa) tidak mengetahui. Sebaliknya, kelompok disabilitas menunjukkan pemahaman yang luar biasa. Oleh karena itu, disabilitas layak dianggap sebagai suara yang perlu kita perhatikan, bersama dengan kelompok masyarakat lainnya,” kata Hedi.