JABAR EKSPRES – Sebanyak 89 jurnalis jadi korban imbas dari kekejaman yang dilakukan Israel di Gaza, Palestina. Rabu, 13 Desember 2023 kemarin, dua orang jurnalis terbunuh dari serangan pihak Israel.
Selasa, 12 Desember 2023, kantor media pemerintah Palestina menuduh tentara Israel melakukan pembunuhan dengan sengaja terhadap jurnalis. Dalam upaya menyembunyikan kebenaran.
Sejak serangan militan resistansi Palestina, Hamas, pada 7 Oktober 2023 lalu, sebanyak 18.608 Palestina tewas dan 50.594 luka-luka.
Dan sejak saat itu juga, Israel telah membombardir Jalur Gaza melalui darat dan udara. Memberlakukan pengepungan dan serangan darat sebagai pembalasan atas serangan.
BACA JUGA: Retno Marsudi Tekankan Pentingnya Solidaritas Global untuk Gencatan Senjata di Palestina
Jurnalis Dunia Menandatangani Petisi Hentikan Penyerangan
Lebih dari 800 wartawan dan pekerja media di seluruh dunia telah menandatangani sebuah petisi yang menuntut diakhirinya pembunuhan terhadap wartawan di Gaza dan wilayah yang lebih luas.
Sebagai anggota komunitas jurnalisme internasional, kami menyerukan diakhirinya pembunuhan terhadap jurnalis dan segala bentuk ancaman terhadap media yang meliput pemboman Israel di Gaza dan Libanon serta kekerasan yang terus meningkat di wilayah tersebut. Kami menyerukan perlindungan bagi semua rekan kami oleh semua pihak,” demikian pernyataan yang ditandatangani oleh persaudaraan media yang berjudul For Our Colleagues, dikutip dari Anadolu, Kamis, 14 September 2023.
“Kami berdiri bersama semua rekan kami dan mengutuk pembunuhan jurnalis. Kami menyerukan kepada masyarakat internasional untuk menegakkan kebebasan pers dan melindungi kehidupan dan keselamatan anggota media. Kami menuntut diakhirinya kekebalan hukum dalam pembunuhan jurnalis dan kami menyerukan agar mereka yang bertanggung jawab diadili,” demikian pernyataan tersebut.
“Wartawan Palestina yang meliput di Gaza melakukannya di tengah-tengah pembantaian dan kehancuran, mengekspos kengerian yang seharusnya tidak terlihat oleh dunia luar. Para jurnalis di sana tidak hanya kehilangan rumah dan anggota keluarga mereka dalam pengeboman, tetapi juga menghadapi kondisi kehidupan yang mengerikan, dengan makanan, air, dan listrik yang terbatas karena pengepungan total. Sementara itu, akses yang terbatas ke Gaza dan pemadaman komunikasi telah menekan arus informasi,” kata pernyataan itu.