Aspek penulisan cerita La Luna semakin diperkuat oleh visual yang asri di Kampung Bras Basah. Lanskap pedesaan yang mirip dengan Indonesia membuat penonton merasakan kedekatan dengan cerita. Meskipun film ini tidak menonjolkan visual yang memukau, tetapi latar belakang kampung yang autentik sudah cukup membuat penonton terhubung dengan cerita.
La Luna mengakhiri ceritanya dengan memuaskan, menghindari jebakan narasi menggurui yang mungkin muncul setelah menyentuh banyak isu konservatif. Raihan menunjukkan kebijaksanaannya dengan memberikan closure yang baik untuk setiap karakter, sehingga film tetap hangat dan menghibur.
Pesan agama yang disampaikan La Luna sesuai dengan era sekarang, bahwa nilai agama dapat dianut tanpa merugikan orang lain. Film ini juga menekankan bahwa masyarakat bisa tetap beriman tanpa perlu takut terhadap kemajuan zaman.
Perlu dicatat bahwa interpretasi terhadap pesan film ini dapat bervariasi, tergantung pada moral kompas masing-masing penonton. Hal ini membuat La Luna potensial menimbulkan berbagai reaksi dan diskusi di antara penonton.
Secara keseluruhan, La Luna berhasil menciptakan tawa melalui komedi yang tajam dan menghadirkan kehangatan hati melalui perjalanan unik warga Kampung Bras Basah. Film ini bukan hanya sekadar hiburan, tetapi juga menyajikan cerita yang merangsang pemikiran tentang berbagai isu sosial yang relevan.