JABAR EKSPRES, BANDUNG – Kemarin, Pemerintah Kota (Pemkot) Bandung mulai membagikan sarana prasana pendukung terkait pemilahan sampah organik, lewat inovasi terbarunya bernama Karung Ember Pengomposan (Kang Empos).
Sebanyak 20 persen penduduk di tiap Kelurahan bakal menerima ember pengomposan ini. Apabila program tersebut berjalan, disinyalir dapat mengurangi sampah organik Kota Bandung sebanyak 200 ton/hari.
Berjalanannya program demi tercapainya tujuan, dapat terlihat dari seberapa besar impact kepada masyarakat dalam menjalankan inovasi ini. Namun nyatanya, pengawasan dan konsistensi masih abai dilakukan oleh Pemkot Bandung. Alhasil, masyarakat tak sepenuhnya menjalankan program yang di instruksikan oleh aparat sekitar.
Warga RW 3 RT 1 Kecamatan Arcamanik, Didi menyebutkan, inovasi yang dibuat sebetulnya memudahkan dalam mengelola sampah organik. Namun yang jadi masalah ialah, kebingungannya terkait produksi sampah yang dihasilkan setiap harinya.
Baca juga: Segel Gudang Packing ‘Minyak Kita’ di Bogor, Polisi Temukan Barang Bukti Ini
“Kemarin kan sebelum menerima sosialisasi dulu, gampang nerapinnya. Siapin ember terus kita siapin karung di dalemnya, hari ini misalkan ada sampah organik, sudah tuh. Di atasnya tinggal kita kasih gabah dan kompos, gitu terus tiap hari,” kata Didi kepada Jabar Ekspres, Jumat 1 Desember 2023.
“Cuman yang jadi bingung itu, ini kan pasti sampah mah ada wae (aja) tiap hari. Nah mereun (kayanya) nanti bakal banyak karung di rumah teh. Nah itu musti dikemanakan,” lanjutnya.
Belum lagi ketidaktahuannya terkait berapa lama proses pengolahan sampah tersebut menjadi kompos. Dikhawatirkan bakal menimbulkan masalah baru. Sebab, tak semua warga di lingkungan ini menjalankan hal tersebut.
“Belum lagi ini kan bakal jadi kompos, nah proses itu teh berapa lama jadinya. Kalau lama apalagi musim hujan kan pasti ada bau sedikit mah, itu yang takut teh (bau),” ujarnya.
Hal ini pun dibenarkan oleh Sekretaris Kecamatan Arcamanik, Mochamad Arief Budiman. Menurutnya, hal ini merupakan salah satu varian terkait pengolahan sampah organik yang bisa dijadikan opsi oleh masyarakat selain loseda, magotisasi, Kang Pisman, dan program lainnya.