JABAR EKSPRES – Menjelang Pemilihan Umum (Pemilu) 2024, hampir 60 persen dari total pemilih sebanyak 110 juta orang adalah anak muda. Meskipun suara mereka memiliki pengaruh besar, pengamat politik dari Universitas Al-Azhar, Ujang Komarudin, mengingatkan bahwa politik Indonesia masih terjebak dalam nuansa negatif seperti kampanye hitam.
Menurutnya, dalam sembilan bulan menjelang Pemilu 2024, sangat penting untuk mendorong perubahan agar politik berfokus pada pembahasan isu-isu konkret dan relevan.
“Untuk menghindari politik identitas, penyebaran hoaks, dan polarisasi, kita harus membangun dan mengembangkan politik adu ide dan gagasan. Anak-anak muda Indonesia seharusnya terlibat dalam hal ini, termasuk calon presiden dan wakil presiden, yang harus terlibat dalam pertarungan ide dan gagasan seperti di negara maju,” ungkap Ujang.
Anak muda ingin mendengar lebih banyak debat gagasan
Melansir dari berbagai sumber Meskipun akan menjadi penentu suara dalam Pemilu 2024, rata-rata anak muda mengaku belum mengetahui dengan pasti kandidat calon presiden (capres) yang lebih banyak membawa ide dan gagasan. Namun, yang mereka harapkan adalah solusi konkret untuk masalah, bukan sekadar janji-janji politik semata.
“Fellycia Widjadja, 29 tahun, yang bekerja di industri game, berharap agar di Pilpres mendatang, ada capres yang benar-benar berjanji untuk memastikan bahwa polisi akan menjadi lembaga yang mengayomi kita lagi. Kita tidak perlu takut pada polisi dan kita ingin menjadi warga yang merasa bahwa polisi benar-benar berpihak kepada kita. Mereka bukanlah petantang-petenteng semata karena memiliki jabatan,” ujar Fellycia.
Baca Juga: Imbas Pungli! KPK Bakal Gandeng Kemenkum HAM untuk Evaluasi Sistem Tata Kelola Rutan
Sadar akan pentingnya suara mereka dalam menentukan arah Pemilu 2024, anak muda lainnya berharap ada kandidat yang memperhatikan isu-isu yang relevan bagi mereka.
“Masalah PHK sangat banyak saat ini, dan mungkin yang perlu dibahas adalah peningkatan lapangan kerja. Hal ini akan meningkatkan perekonomian Indonesia,” ungkap Muhammad Zenner, 29 tahun, yang bekerja di bidang IT.
Gerakan independen anak muda “Bijak Memilih” muncul
Komisi Pemilihan Umum (KPU) mendefinisikan pemilih muda sebagai mereka yang berusia 17-40 tahun. Menyadari pentingnya suara generasi milenial dan Gen Z dalam Pemilu 2024, muncul gerakan independen “Bijak Memilih” untuk membantu anak muda dalam memilih dengan bijak dan tepat.