Jabar Ekspres – Kasus penyebaran Demam Berdarah Dengue atau DBD yang disebabkan oleh nyamuk Aedes Aegypti, samapai saat ini masih menjadi perhatian khusus bagi Dinas Kesehatan Provinsi Jawa Barat (Dinkes Jabar).
Pasalnya menurut Kepala Dinkes Jabar Vini Adiani Dewi, penyebaran DBD akan mengalami peningkatkan terlebih dengan masuknya musim pancaroba seperti saat ini yang tengah terjadi di seluruh wilayah Jawa Barat.
“Sekarang kan sedang pergantian musim (pancaroba). Nah itu pasti, angka DBD akan meningkat (penyebarannya),” ujarnya Rabu (15/11).
BACA JUGA: Bagai Gunung Es, Dinkes Jabar Catat Ribuan Kasus HIV AIDS Periode Januari-September 2023
Vini mengatakan, alasan dapat terjadinya peningkatan kasus DBD di musim pergantian atau pancaroba ini, dikarenakan adanya curah hujan yang tidak merata sehingga menyebabkan banyaknya genangan air yang dapat dijadikan tempat bersarangnya nyamuk khusunya Aedes Aegypti.
“Karena DBD itu penyakit sepanjang tahun dan akan meningkat ketika hujannya tidak terus terusan (tidak merata). Karena kalau terus terusan (hujannya), air itu akan mengalir terus,” ucapnya
Maka sebagai langkah antisipasi agar tidak terjadi peningkatan Vini menuturkan bahwa pihaknya sudah menginstruksikan kepada seluruh Dinkes di 27 kabupaten kota untuk segera meningkatkan kewaspadaannya terhadap penyebaran kasus DBD.
“Jadi kami sudah sampaikan ke kota kabupaten bahwa biasanya di bulan Agustus, September, Oktober rawan DBD. Sehingga kita melakukan upaya pencegahan. Kalau November Desember Januari kan hujan sudah mulai lagi, sehingga potensinya (penularan) menurun,” pungkasnya
Untuk diketahui, berdasarkan catatan Dinkes Jabar selama Periode Januari-September 2023 kemarin terdapat sekitar 13.844 kasus DBD yang ditemukan dengan jumlah kematian sebanyak 90 Orang.
BACA JUGA: Musim Pancaroba, Waspada Penyebaran Kasus DBD! Ini Kata Dinkes Jabar
Selain itu, dari catatan kasus teresebut juga, Kota bandung memiliki angka penyebaran yang cukup tinggi yakni sebanyak 1.670 dengan total kematian akibat DBD hingga sekitar 7 orang.
Sedangkan untuk kasus terendah, Dinkes Jabar mencatat bahwa terjadi di Kota Banjar yang hanya sebanyak 32 kasus yang ditemukan dengan angka kematian 1 orang. (San).