“Saya sudah bicara dengan anak dan dia juga gak masalah kalau tidak ikut, karena memang tidak wajib dan tidak mempengaruhi nilai,” jelasnya.
Dia mengaku, untuk kelas VII di SMPN 1 Rancaekek terdapat 11 kelas dengan tambahan dari SMPN 5 Rancaekek, karena bangunannya belum rampung maka ikut gabung sementara ke SMPN 1 Rancaekek sebanyak 2 kelas.
Masing-masing ruang kelas menampung 48 hingga sekira 50 siswa, jika ditotalkan dengan mengambil rata-rata per ruang 49 orang, maka jumlah keseluruhan siswa di kelas VII SMPN 1 Rancaekek sebanyak 637 peserta didik.
Dia berharap, dengan memasukkan anaknya ke sekolah negeri dapat menekan pengeluaran biaya pendidikan. Namun disayangkan ternyata menurutnya terdapat pembiayaan di luar kewajiban sekolah yang cukup memberatkan.
“Dari satu kelas saja tidak semua ikut, informasi sementara sekitar 16 orang yang bersedia, sisanya keberatan ikut karena biaya yang tinggi. Kalau misal biaya Rp250.000 kita akan terima, tapi dengan biaya sudah ditetapkan tiba-tiba Rp435.000 itu keterlaluan,” tukasnya.
Sementara itu, Humas SMPN 1 Rancaekek, Dian Kardiansah mengaku, rencana pelakanaan PPL sudah rempung disepakati Korlas lewat rapat bersama para orangtua siswa.
“Tujuan dan pembiayaan kita wali kelas dan guru tidak memaksa atau merekomendasikan harus seperti apa, itu keputusan bersama orangtua siswa,” imbuhnya.
Dian mengungkapkan, kabar beradar adanya penolakan dari sejumlah orangtua siswa, kemungkinan karena ada komunikasi yang belum terjalin dan tersampaikan secara menyeluruh.
“Disangka mungkin ini kegiatan wajib, padahal kita tidak mengharuskan, bahkan PPL ini tidak mempengaruhi nilai,” ungkapnya.
Dian menuturkan, untuk PPL tujuannya mau kemana, fasilitas apa saja dan biaya berapa, sepenuhnya tergantung kesepakatan bersama orangtua siswa melalui Korlas.
“Pihak sekolah, para guru dan wali kelas tidak turut campur di ranah itu. Kami hanya sebagai pembina dan pengawas ketika di lapangan saat pelaksanaan PPL saja,” tuturnya
Dian memaparkan, sebelumnya kegiatan PPL dimasukkan ke dalam P5 (Projek Penguatan Profil Pelajar Pancasila), sehingga cukup berpengaruh terhadap nilai siswa.
“Pihak sekolah tidak turut campur dalam hal tersebut, kami hanya menjadi pembina dan support kegiatan, agar siswa saat di lokasi PPL tetap mendapatkan ilmu pengetahuan,” paparnya