Sementara mengenai target dirampungkannya transportasi massal terintegrasi, Koswara mengakui butuh waktu dalam prosesnya karena dilaksanakan secara bertahap. Kendati demikian dia berharap, proyek ini dapat segera tuntas secepat mungkin guna mengurai kemacetan Bandung Raya.
“Jakarta, (butuh) 14 tahun (sampai) kayak sekarang (busway). Mudah-mudahan Bandung Raya (secepatnya), tergantung (kolaborasi),” terangnya.
Lebih lanjut dia menjelaskan, kemacetan yang terjadi di Bandung Raya tidak lepas dari dampak urbanisasi, sehingga berdampak dengan padatnya mobilitas masyarakat. Situasi ini sambung dia tidak hanya terjadi di Bandung Raya, tetapi juga di Bodebek dan Cirebon Raya. Oleh karena itu, dengan adanya peraturan yang kini tengah didesain diharapkan mampu menuntaskan persoalan tersebut.
“Layanan lalu lintas harus ada sinergitas dan perlu regulasi yang memayungi aglomerasi perkotaan. Dimana menjadi kewajiban kita, bagaimana menjamin keberlanjutan angkutan tersebut. Tentunya perlu ada terobosan,” ujarnya.
Sementara Kepala Badan Perencanaan Pembangunan Daerah (Bappeda) Jabar Iendra Sofyan mengungkapkan, Pergub yang nantinya lahir dari seminar ini akan menelurkan program secara bertahap. Termasuk dalam pembagian tugas antara pusat, provinsi juga kabupaten/kota. Dimana harapannya, maksimal di 2045 tidak ada lagi masalah kemacetan di Jawa Barat.
“Secara teknis kita sudah siap secara perencanaan. Jalan sempit segala macam bisa elevated. Secara lingkungan kita harus memerhatikan, listrik segala macam. Paling penting (masalah) sosial, dari perencanaan, membangun sampai pelaksanaan. Itu yang penting, anggaran bisa kita dorong dari pusat, pinjaman segala macam. Kita juga khawatir kalau kita bangun, apakah bisa beroperasi (maksimal) seperti apa. Ini yang kita siapkan,” paparnya.
Mengintervensi, mengubah pola pikir masyarakat untuk beralih dari penggunaan kendaraan pribadi ke moda transportasi massal kata dia, adalah persoalan berat yang harus diatasi bila ingin menuntaskan kemacetan di Bandung Raya. Maka dari itu, Pemprov akan berusaha keras sambung Iendra, guna merealisasikan mimpi besar tersebut.
“Penekanan di sosial, bagaimana (mengubah kebiasaan) budaya. Belum tentu dikasih yang bagus mereka mau. Sekarang (Bis Trans) Pasundan sendiri okupansinya belum optimal. Itu harus kita inginkan, mengubah budaya pergerakan,” pungkasnya. (bbs)