Yoghurt Diduga Jadi Penyebab Keracunan Massal di Padalarang, Hasil Uji Lab Justru Negatif Bahan Berbahaya

JABAR EKSPRES  – Dinas Kesehatan (Dinkes) Kabupaten Bandung Barat (KBB) melakukan tes susu fermentasi yoghurt yang diduga menjadi penyebab keracunan di SDN Cimerang dan Ciampel, Kecamatan Padalarang beberapa waktu lalu.

Hasilnya, produk susu tersebut ternyata tak mengandung bahan beracun. Hal itu berdasarkan uji kandungan bahan kimia terhadap dua sampel yoghurt oleh Labkeda Jawa Barat (Jabar).

“Dengan hasil ini, dipastikan penyebab keracunan terhadap puluhan siswa bukan dari zat kimia,” kata Kepala Dinkes Bandung Barat, Hernawan Widjayanto saat dihubungi, Kamis (19/10/2023).

Ia mengatakan, kedua sampel yang dikirim ke Labkeda Jabar menunjukkan hasil negatif dari bahan beracun logam berat dan pestisida.

BACA JUGA: Lagi! Api Membara di Area Kaki Gunung Tampomas, BPBD: 8 Tim Dikerahkan

Meski demikian, tegas Hernawan, Labkeda Jabar saat ini masih melakukan uji laboratorium tahap kedua untuk memastikan kandungan mikrobiologi yang ada pada produk susu fermentasi yoghurt tersebut.

“Bukan berarti itu bukan menjadi penyebab keracunan, uji lab masih dilakukan,” katanya.

Menurutnya, pemeriksaan mikrobiologi itu untuk memastikan apakah minuman yoghurt tersebut mengandung bakteri atau tidak, sehingga nantinya akan diketahui penyebab pasti terkait kasus keracunan siswa SDN 1 dan 2 Cimerang.

“Untuk mikrobiologi belum keluar, sampai saat ini kami masih menunggu hasilnya apakah memang ada bakteri atau tidak pada yoghurt itu,” kata Hernawan.

Seperti diketahui, berdasarkan keterangan dari Wali Kelas VI, produk susu itu baru dijual di warung dekat dengan SDN Cimerang dan Ciampel.

“Jajanan susu fermentasi ini terbilang produk baru yang dijual kepada para siswa kerena sebulan terakhir tidak ditemukan siswa membeli minuman itu,” ungkap Neneng kepada wartawan.

“Yoghurt baru dijual sejak hari Senin kemarin, bahkan cucu saya sempat beli dan muntah-muntah. Tapi waktu itu saya belum sadar kalau penyebabnya dari minuman tersebut,” tambahnya.

Berdasarkan keterangan siswa, kata dia, yoghurt itu ternyata dijual kepada siswa dengan harga di bawah pasar yakni Rp 2.000 per kotak, sedangkan di pasaran, harganya antara Rp 7.000-8.000 per kotak.

“Harganya lebih murah, pantas, anak banyak yang mau beli minuman itu. Kalau di minimarket kan harganya lebih mahal ya,” tandasnya. (Mg5)

Berita Terkait

Tinggalkan Balasan