Inilah Rencana Yahudi untuk Menghancurkan Islam Sejak Perang Salib

JABAR EKSPRES- Selama ini, Perang Salib dianggap terkait erat dengan orang-orang Kristen yang berusaha mengendalikan agama mereka di tempat kelahiran Al Masih.

Dalam bukunya yang terkenal, ‘Al Wahyu wa Naqiidohu’ (diterbitkan tahun 2006), Bahaa Al Amir menjelaskan arah Perang Salib dalam pertarungan dengan dunia Islam, baik pada zaman dahulu maupun modern.

Awalnya, Al Amir berpendapat bahwa Perang Salib pertama memiliki nuansa yang sangat Katolik, dengan tujuan menguasai tanah suci Umat Kristiani. Namun, pandangannya berubah dalam bukunya yang lebih baru, ‘Al Yahuud wa Al Harakaat Al Sirriyyah fii Al Huruubi Al Sholibiyyah’, diterbitkan tahun 2013.

Di sini, Al Amir menyadari bahwa Perang Salib baru sebenarnya merupakan replika dari yang lama, yaitu Perang Salib Pertama. Rencana dalam Perang Salib baru juga disusun oleh orang-orang Yahudi untuk mencapai tujuan mereka, sama seperti halnya dengan Perang Salib Pertama.

BACA JUGA : Aksi Bela Palestina di Tokyo Gemakan Suara Takbir

Al Amir mengutip surah Al Maidah ayat 64 sebagai penjelasan atas hal ini, di mana Allah SWT berfirman tentang permusuhan yang akan terus berlangsung hingga hari kiamat. Ia meyakini bahwa orang-orang Yahudi yang memicu Perang Salib, bukan orang-orang Nasrani.

Menurut Al Amir, Perang Salib adalah konflik terpanjang dalam sejarah tertulis manusia, dan hal ini menimbulkan pertanyaan mengenai pernyataan Allah tentang siapa yang memicu perang.

Al Amir juga mencatat bahwa orang-orang Yahudi cenderung tidak muncul di barisan depan fisik dalam pertempuran, namun mereka memainkan peran penting dalam mempengaruhi opini dan sebagai penggerak tersembunyi di balik tindakan penindasan.

Seiring dengan kehancuran negara mereka dan misi Kristus, orang-orang Yahudi tersebar di seluruh dunia, sesuai dengan firman Allah dalam surah Al A’raf ayat 168. Inilah alasan benua Eropa menjadi tempat perlindungan dan perkembangan bagi komunitas Yahudi, serta penurunan kepercayaan agama dan tradisi esoterik mereka.

Mereka memanfaatkan kelemahan umat Islam di abad ke-11 Masehi dan perpecahan bangsa untuk mencapai tujuan mereka. Hal ini terkait dengan Perjanjian Umariyyah, di mana orang Yahudi dilarang tinggal di Tanah Suci Yerusalem. Orang Kristen diperbolehkan, namun syaratnya orang Yahudi tidak boleh tinggal di sana.

Berita Terkait

Tinggalkan Balasan