JABAR EKSPRES- Suara takbir bergema dalam aksi bela Palestina di Pintu Tenggara Stasiun Shinjuku, Tokyo, pada Ahad (15/10/2023). Partisipan dari berbagai negara mengutuk keras serangan Israel yang dianggap sebagai kejahatan genosida terhadap warga Palestina di Gaza, mengakibatkan ribuan korban tewas.
Tidak hanya dari kalangan Muslim, tetapi juga dari latar belakang beragam seperti biksu, pejabat, pekerja, dan warga sipil baik dari Jepang maupun dari negara-negara asing berkumpul untuk menyatakan dukungan mereka terhadap Palestina.
Salah satu peserta dari Amerika Serikat, Samantha, menegaskan bahwa ini bukanlah perang antara Israel dan Palestina, melainkan kejahatan genosida. Ia menjelaskan bahwa perang terjadi ketika kedua belah pihak memiliki kekuatan, sedangkan Palestina berjuang untuk bertahan hidup.
BACA JUGA : Israel Tiada Henti Memerangi Palestina di Jalur Gaza
Samantha menyuarakan pembelaannya terhadap Palestina karena tidak ingin melihat anak-anak mengalami penderitaan dan kehilangan nyawa selama bertahun-tahun. Ia juga mengungkapkan rasa frustrasinya karena menyadari bahwa media di Amerika tidak selalu memberikan informasi yang benar tentang dunia.
Ia berpesan kepada publik yang mungkin masih bingung dengan konflik Israel dan Palestina untuk mempelajari dengan seksama. Samantha menekankan bahwa selalu ada dua sisi dalam suatu cerita, dan bertemu dengan orang-orang serta berbagi pengalaman adalah cara terbaik untuk memahaminya.
Dari pihak lain, peserta aksi dari Indonesia, Hari, berpendapat bahwa konflik Israel-Palestina bukanlah konflik agama, melainkan konflik kemanusiaan. Ia menyoroti bahwa ketika Palestina membela diri, seringkali disebut sebagai tindakan terorisme, sementara kekejaman Israel terhadap anak-anak telah terjadi selama 75 tahun, namun tidak ada negara Barat yang menyebut Israel sebagai teroris.
BACA JUGA : Seorang Bocah Keturunan Palestina Ditikam Lansia 71 Tahun di AS
Anita, seorang peserta lain dari Indonesia, menekankan bahwa aksi ini bertujuan untuk menyampaikan kepada dunia bahwa ada komunitas di Jepang, terutama di kalangan Muslim, yang peduli dengan nasib warga Palestina. Ia menegaskan pentingnya memperhatikan isu Israel dan Palestina dengan pikiran yang jernih.
Muhammad dari Mesir dengan berani meneriakkan takbir, yang diikuti oleh para peserta aksi yang semakin bertambah jumlahnya. Sama halnya dengan Mitsumasa Ohta dan May Shigenobu, warga Jepang yang ikut bersuara dalam aksi tersebut, menentang tindakan kejam Israel terhadap Palestina.