JABAR EKSPRES – Pemerintah Provinisi Jawa Barat (Pemprov Jabar) melalui Dinas Kesehatan (Dinkes), menyebut banyak kasus keracunan massal di kabupaten kota yang belum terlaporkan secara baik.
Sehingga, Kepala Dinkes Jabar Vini Adiana Dewi mengungkapkan, hal tersebut menyebabkan sulitnya proses pendataan dari kasus keracunan massal yang baru-baru ini tengah marak terjadi di Jawa Barat.
“Kami akan evaluasi. Karena kalau kami menyuruh kota kabupaten, takutnya tidak ada yang melaporkan (kasusnya). Jadi kami akan evaluasi,” ujar Vini saat dikonfirmasi, Sabtu (14/10).
BACA JUGA: Change Indonesia Laporkan Pemprov Jabar ke Ombudsman, Noer: Harus Memenuhi Persyaratan
Berdasarkan catatannya, Vini menambahkan, kasus keracunan massal selama periode tahun 2023 yang terlapor baru di empat daerah. Oleh karena itu, pihaknya meminta kepada kabupaten kota lainnya untuk segera melaporkan jika mendapatkan kasus, khususnya kejadian keracunan masal.
“Periode kemarin tuh di Bekasi kan yah. Jadi yang sudah terlaporkan itu Bekasi, Garut, dan KBB dua (kejadian). Nah, nanti kami evaluasi secara menyeluruh,” imbuhnya.
Diketahui, baru-baru ini kasus keracunan massal di Jawa Barat terus terjadi dalam waktu berdekatan. Untuk kasus pertama, keracunan massal yang disebabkan oleh makanan olahan berbentuk cimin ditemukan di SDN 3 Jati, Desa Saguling, Kecamatan Saguling, Kabupaten Bandung Barat (KBB), pada 26 September 2023 lalu dengan korbannya, berjumlah 32 orang anak-anak.
BACA JUGA: Konflik Palestina Israel, MUI Kota Depok Ajak Ummat Muslim Lakukan Ini
Sedangkan untuk kasus kedua, keracunan massal kemabali terjadi di tanggal 8 Oktober 2023 di Kecamatan Cilawu, Kabupaten Garut, dengan jumlah korban mencapai 41 orang setelah diduga mengonsumsi jajanan pasar berbentuk “satai jebred”.
Sementara untuk kasus terakhir, keracunan massal kembali terjadi di Kabupaten Bandung Barat (KBB), tepatnya di SDN 1 Cimerang dan SDN 2 Ciampel, Desa Laksanamekar, Kecamatan Padalarang, Rabu, 11 Oktober 2023 kemarin, dengan jumlah korban sebanyak 20 orang harus dilarikan ke rumah sakit setelah diduga mengonsumsi susu fermentasi berupa yoghurt. (San).