JABAR EKSPRES – Israel secara resmi menyatakan perang setelah diserang oleh kelompok militan Palestina, Hamas, dalam apa yang disebut sebagai “Operasi Badai Al Aqsa.” Lebih dari 5.000 roket diluncurkan oleh Hamas ke arah Israel, menandai serangan besar-besaran.
Juru Bicara Militer Israel, Daniel Hagari, mengonfirmasi bahwa serangan Hamas datang dari berbagai arah, baik darat, udara, maupun laut. Keberhasilan militan Hamas menembus wilayah Israel, yang dijaga ketat oleh militer, menambah kompleksitas situasi.
Menurut Al Jazeera, juru bicara Hamas, Khaled Qadomi, menyatakan bahwa serangan tersebut merupakan respons terhadap berbagai kekejaman yang dialami warga Palestina selama beberapa dekade. “Kami ingin masyarakat internasional menghentikan kekejaman di Gaza, terhadap rakyat Palestina, tempat suci kami seperti Al Aqsa,” kata Qadomi.
Baca Juga: Ketua Liga Arab Akan Bertemu Menlu Rusia untuk Bahas Keadaan di Gaza
Mohammed Deif, Komandan militer Hamas, menegaskan bahwa pertempuran ini bertujuan untuk mengakhiri penjajahan terakhir di bumi. “Ini adalah hari pertempuran terbesar untuk mengakhiri penjajahan terakhir di Bumi. Setiap orang yang mempunyai senjata harus mengeluarkannya. Waktunya telah tiba,” tegas Deif.
Kurang dari 24 jam setelah serangan Hamas, Perdana Menteri Israel Benjamin Netanyahu dan Kabinet Israel secara resmi mendeklarasikan perang. Deklarasi ini menjadi perang pertama Israel sejak Perang Yom Kippur pada tahun 1973.
Dengan deklarasi perang ini, militer Israel diberikan lampu hijau untuk mengerahkan kekuatan secara signifikan dalam upaya menanggapi serangan Hamas yang meluas. Situasi di Timur Tengah semakin tegang dengan deklarasi perang ini. Tetap terhubung untuk pembaruan lebih lanjut.