JABAR EKSPRES – Sudah lebih dari sebulan harga beras di sejumlah pasar tradisional Kabupaten Bandung Barat (KBB) tak kunjung turun. Hal ini diakibatkan oleh stok beras dari distributor yang kian menipis.
Sebelumnya, Presiden Joko Widodo pada Kamis, 14 September 2023 melakukan peninjauan di salah satu pasar wilayah Jawa Barat. Jokowi menemukan harga beras yang belum stabil, lantas memerintahkan Perum Bulog untuk segera menggelontorkan beras ke pasar-pasar di Jawa Barat.
Alasan bulog harus turun tangan tak lain ialah untuk memperkuat cadangan beras bulog dan diguyur ke pasar-pasar demi menstabilkam harga. Namun, hingga kini harga tak kunjung turun.
BACA JUGA: Walhi Jabar Nilai Satgas Darurat Sampah Bandung Salah Fokus
“Ada yang datang ke pasar dari Dinas Perindustrian dan Perdagangan (Disperindag) Bandung Barat kesini, katanya mau ada beras murah daei bulog tapi ini sudah satu minggu engga ada,” ungkap salah satu pedagang beras di Pasar Tradisional Tagog Padalarabg, Daryana (63) saat ditemui Jabarekspres.com, Selasa (26/9/2023).
Ia mengatakan, secara rata harga pasar di sejumlah pasar tradisional saat ini untuk harga beras medium sudah tembus Rp13.000 per kilogram. Sementara untuk harga beras premium sudah mencapai di angka Rp15.000 per kilogram.
Harga beras tak kunjung turun, kata Daryana selain stok beras menipis dari distributor, musim kemarau panjang menjadi salah satu faktor harga beras terus melonjak dalam waktu satu bulan ini.
“Semula hanya naik Rp1.500, sekarang naik jadi Rp2.000. Pembeli pun berkurang, biasa konsumen beli beras 5-10 kilogram. Sekarang paling 2 kilogram,” katanya.
Menurut Daryana, salah satu solusi untuk menstabilkan harga beras, yaitu pemerintah harus segera turun tangan dengan memberikan harga beras murah melalui bulog.
“Harusnya udah diberikan, kalau daerah lain seperti Kota Cimahi yang saya lihat dari berita kan itu sudah mulai dilakukan. Kenapa kok Bandung Barat engga,” ungkapnya.
BACA JUGA: Dispora Jabar Apresiasi Energen Champion SAC Indonesia 2023 West Java Qualifiers
“Waktu Covid-19 lagi ramai-ramainya memang kami sebagai pedagang sama kewalahan karena minim konsumen tapi engga separah seperti ini,” tandasnya.