Tak Mampu Tuntaskan Darurat Sampah di Bandung Raya, Bukti Kang Pisman Tak Berjalan Efektif?

JABAR EKSPRES – Program unggulan Pemerintah Kota (Pemkot) Bandung terkait penanggulangan sampah nyatanya tak berjalan efektif. Berjargon Kurangi, Pisahkan dan Manfaatkan (Kang Pisman) tak mampu menuntaskan permasalahan kedaruratan sampah yang tengah terjadi saat ini.

Rencana yang telah berjalan kurang lebih 5 tahun sejak 2018, saat ini hanya beberapa persen kewilayahan yang baru menjalankan program tersebut.

Kepala Dinas Lingkungan Hidup, Dudy Prayudi menyebutkan, terhitung hingga saat ini baru terdapat 235 Kawasan Bebas Sampah (KBS) yang menerapkan program tersebut.

BACA JUGA: 70 TPS di Bandung Masih Overload, 19.034 Ton Sampah Belum Terangkut

“Sekarang ada 235 KBS, masing masing individu sudah sadar untuk memilah sampah organik, anorganik dan residu,” ujar Dudy beberapa waktu lalu.

Berjalannya program yang sudah lama diterapkan seharusnya mampu mengatasi permasalahan yang tengah terjadi hingga saat ini.

Apalagi sosialisasi pernah dilakukan oleh Pemkot Bandung beberapa bulan lalu, terkait pemberian arahan yang dilakukan kepada seluruh RT/RW di tiap kewilayahan agar mampu menerapkan program Kang Pisman.

Namun, nyata hal tersebut tak berjalan efektif. Dari total 1.594 RW di Kota Bandung, baru 10 persen RW yang menjalankan program tersebut.

Program yang belum berjalan efektif. Pemkot Bandung kembali memberikan arahan agar masyarakat bisa mengatasi permasalahan sampah dilingkup rumah tangga lewat program Loseda (Lodong Sesa Dapur).

Sekretaris Daerah (Sekda) Kota Bandung, Ema Sumarna mengungkap, program tersebut diharapkan bisa mengurangi beban TPS dan pengangkutan sampah organik ke TPA Sarimukti.

“Budayakan loseda (lodong sesa dapur), sehingga sampah organik selesai di rumah tangga. Di rumah ibadah juga harus sudah disiapkan pengolahan sampahnya,” ujar Ema

“Kalau sekarang ini organik selesai di rumah atau di lingkungan berarti ke sini (TPS) hanya tinggal 40 persen yang anorganik. Anorganik kerja sama dengan pemulung. Sisanya (residu) diangkut ke TPA,” tambahnya

Inovasi yang tumpang tindih, menyebabkan polemik yang menyelimuti masyarakat. Pasalnya, warga dibuat kebingungan menyoal program mana yang mesti didahulukan.

Warga asal Cimencrang, Kecamatan Gedebage, Asep Aminudin (48) menyebutkan, dirinya baru mendapatkan informasi terkait penerapan program Kang Pisman.

Berita Terkait

Tinggalkan Balasan