JABAR EKSPRES – Perdana Menteri Malaysia, Anwar Ibrahim, telah menghadirkan suatu konsep yang menarik dalam Sidang Majelis Umum ke-78 PBB di New York hari Jumat lalu. Dalam pidatonya yang disampaikan di depan para pemimpin dunia, Anwar mengusulkan penggunaan konsep ‘Madani’ untuk mengatasi permasalahan yang dikenal sebagai ‘defisit demokrasi’ di tingkat global.
Anwar, kepala pemerintahan negeri jiran, dengan tegas menyatakan pandangan ini sebagai bagian dari peran setiap negara, baik yang besar maupun yang berkembang, untuk berkontribusi dalam menciptakan dunia yang lebih baik bagi masa depan. Ia menggarisbawahi perlunya memperkuat roh konsensus dan kerja sama multilateralisme, terutama di tengah meningkatnya polarisasi dalam dunia politik dan ekonomi.
Dalam konteks meningkatnya Islamofobia, Anwar mengecam tindakan pembakaran Al-Quran di beberapa negara, menggambarkannya sebagai manifestasi kebencian yang harus diatasi secara bersama-sama. Terkait isu Palestina, ia mendesak komunitas internasional untuk menghentikan kemunafikan dan terus memberikan dukungan kuat sebagai bentuk perlawanan terhadap kekejaman yang dialami rakyat Palestina.
Baca Juga: Krisis Kemanusiaan di Kongo, Puluhan Orang Meninggal Kelaparan Hingga Ribuan Orang Pengungsi Tinggal Tanpa Makanan
Anwar juga mendorong PBB untuk memainkan peran utama dalam mencari solusi multilateral bagi konflik Rusia-Ukraina. Sementara dalam konteks Myanmar, Malaysia mendesak agar negara tersebut segera menerapkan Konsensus Lima Poin ASEAN untuk mencapai perdamaian dan stabilitas dalam negeri.
Perihal hak-hak perempuan, anak-anak, dan akses pendidikan di Afghanistan, Anwar memastikan dukungan berkelanjutan dari Malaysia dan berkomitmen untuk mempertahankan hubungan antar-masyarakat yang telah ada dengan Afghanistan, serta memberikan bantuan kemanusiaan yang diperlukan.
Dalam hal krisis iklim, Anwar menyerukan negara-negara maju untuk memenuhi komitmen mereka dalam memobilisasi 100 miliar dolar AS per tahun untuk membantu negara-negara berkembang menghadapi perubahan iklim.
Terakhir, Anwar menyebut bahwa dalam menghadapi ketidakpastian geopolitik, gangguan rantau pasokan, kenaikan harga komoditas, dan tantangan keuangan global, perlu dilakukan reformasi drastis dan sistemik, serta peninjauan ulang terhadap semua institusi global, agar kesenjangan antara pertumbuhan ekonomi dan pendapatan dapat diatasi. Dalam pertemuannya dengan diaspora dan pelajar-pelajar Malaysia di New York, Anwar menjelaskan lebih lanjut konsep ‘Madani’ yang saat ini dijalankan oleh negaranya.