Hal itu dialami Sungai Cikeruh, Citarik, Cikijing dan Sungai Cimande di wilayah Kecamatan Rancaekek. Melalui pantauan, volume air di sungai-sungai tersebut mulai berkurang.
Diar berharap, dampak kekeringan hingga sulit air bersih akibat musim kemarau tahun ini, tidak semakin meluas di wilayahnya.
“Kita sudah koordinasikan dengan dinas terkait dan segera ditindaklanjuti untuk dikirim bantuan air bersih jika ada laporan warga kesulitan air,” tukasnya.
BACA JUGA: Macet dan Semrawut, DPRD Kabupaten Bandung Nilai Pengembangan Jalan Cileunyi Perlu Dilakukan: Segera Dipikirkan!
Diketahui, Badan Penanggulangan Bencana Daerah Provinsi Jawa Barat (BPBD Jabar) mencatat, ada sedikitnya 268 desa di 16 kabupaten/kota yang mengalami kekeringan, akibat dampak dari musim kemarau 2023 ini.
Berdasarkan data yang diberikan BPBD Jabar per 1 Januari hingga 12 September 2023 kemarin, wilayah terbesar dari dampak kekeringan tersebut, yakni berada di wilayah Kabupaten Bogor dengan jumlah total sekitar 115 desa dan 65.054 Kepala Keluarga (KK) mengalami krisis air bersih.
Sementara melansir dari Badan Meteorologi, Klimatologi, dan Geofisika (BMKG), diterangkan bahwa musim kemarau tahun ini dirasa cukup panjang, khususnya di Jabar akan terus terjadi hingga bulan November 2023 mendatang.
Kondisi air sungai yang mulai menyusut akibat kemarau panjang, dialami juga oleh Sungai Cijambe di wilayah Desa Cinunuk, Kecamatan Cileunyi.
Aliran Sungai Cijambe yang melintas tepat pinggir benteng Kantor Desa Cinunuk yang melewati Jalan Raya Cinunuk, kini benar-benar memprihatinkan.
Kepala Dusun (Kadus) 6 Desa Cinunuk, Dian Hardiana menyampaikan, Sungai Cijambe sebelum kemarau panjang, airnya cukup melimpah.
“Tapi sekarang, airnya berkurang dratis dan hitam kelam serta menyisakan tumpukan sampah,” jelas Dian.
“Puluhan karung sampah kita pungut dari sungai tersebut,” tutupnya.
Sementar itu, akibat musim kemarau yang cukup panjang tahun ini, ternyata membuat wilayah Desa Babakan Peuteuy, Kecamatan Cicalengka cukup terdampak.
Kepala Seksi Kesejahteraan (Kasi Kesra) Babakan Peuteuy, Erik Nur Yusup mengaku, warga kerap abai saat musim kemarau hingga tak jarang berpotensi menimbulkan kebakaran lahan.
“Banyak titik-titik perkebunan di wilayah Desa Babakan Peuteuy yang nyaris terbakar,” imbuhnya.