Kelalaian dan Abai Himbauan Jadi Penyebab Kecelakaan di Perlintasan Sebidang Rel Kereta Api

JABAR EKSPRES — Kasus kejadian kecelakaan pada perlintasan rel sebidang menurun, PT KAI Daop 3 Cirebon gencarkan sosialisasi keselamatan perlintas sebidang yang diselenggarakan pada 14 titik pintu perlintasan secara serentak.

Vice Presiden PT KAI Daop 3 Cirebon, Dicky Eka Priandana, menyampaikan bahwa kecelakaan di perlintasan sebidang penyebabnya ialah kesalahan pada pengendara atau human eror.

“Momentumnya dengan Hari Perhubungan Nasional, kita mengingatkan kembali pentingnya keselamatan di perlintasan sebidang kereta api,” katanya, Rabu 20 September 2023.

Dia mencatat dalam kurun waktu 9 bulan terakhir, angka kecelakaan di perlintasan sebidang mencapai 52 peristiwa.

BACA JUGA: Beberapa Perilaku Berkendara Yang Sering Menyebabkan Kecelakaan

“Kalau di wilayah Daop 3 Cirebon sampai Agustus 2023 mencapai 52 peristiwa sebetulnya tahun ini menurun jika dibandingkan tahun kemarin,” ujarnya.

Dari 52 peristiwa tersebut, sebanyak 48 orang lainnya ada yang meninggal dunia, luka ringan dan luka berat, juga peristiwa pelemparan kereta api.

“Jumlah kecelakaanya 48 kejadian, korbannya 42 meninggal dunia, luka berat 1 luka ringan 5, tambah pelemparan ke kereta api sebanyak 3 kali,” bebernya.

Meski dibilang menurun, Dicky berharap di tahun berikutnya menjadi zero kasus kecelakaan.

“Alhamdulillah turun sebetulnya harusnya zero, kalau kecelakaan sebagian besar karena regulasinya lalu lintas jalan raya, jadi lebih banyak ke pengguna jalan rayanya,” ungkapnya.

Kecelakaan yang terjadi di sekitar perlintasan sebidang, menurutnya diakibatkan dari pengendara yang lalai dan tidak mengindahkan himbauan penjaga pintu perlintasan.

“Ada yang menerobos, lalai, abai terutama di perlintasan sebidang yang tidak dijaga, kemudian mereka menerobos pintu perlintasan,” ujarnya.

BACA JUGA: Hasil dari Kecelakaan Truk di Tanjungsari, 1 Unit Crane dan Badak 55 Diturunkan Untuk Evakuasi

Namun, dia tidak menutupi jika peristiwa kecalakaan kebanyakan terjadi pada perlintasan sebidang tanpa palang pintu dan penjaga perlintasan.

“Pintu perlintasan yang belum terpasang ada 28, tapi kalau yang tidak dijaga kita punya 74, yang betul-betul polos 28, sisanya itu dijaga warga atau oleh desa swadaya masyarakat, mereka memasang pintu bambu, kayu atau mungkin besi,” ulasnya.

“Kecelakaan kebanyakan di tempat-tempat yang tidak dijaga, kebanyakan juga roda dua,” imbuhnya.

Untuk itu, dia berencana menutu sedikitnya 3 lokasi perlintasan sebidang tanpa palang pintu dan penjaga, yang kerap dilalui oleh kendaraan roda dua, roda empat dan pejalan kaki.

Berita Terkait

Tinggalkan Balasan