Tren Bahasa ‘Gaul’ Indonesia Menguasai Anak Muda Malaysia, Apa Penyebabnya?

JABAR EKSPRES – Sebuah tren menarik muncul di kalangan anak muda Malaysia, yang kerap menggunakan bahasa slang Indonesia dalam percakapan sehari-hari mereka. Fenomena ini telah menjadi topik hangat di berbagai platform media sosial, termasuk Twitter hingga Facebook, dan bahkan menarik perhatian beberapa YouTuber dari Indonesia dan Malaysia yang membahasnya.

Sebelumnya, media sosial sempat dihebohkan oleh kontroversi lagu “Helo Kuala Lumpur” yang diduga menjiplak lagu “Halo-Halo Bandung” karya Ismail Marzuki. Kontroversi ini pun berdampak pada pembahasan tentang penggunaan bahasa slang Indonesia oleh sejumlah warga Malaysia.

Pertanyaan yang muncul adalah mengapa sejumlah anak muda di Malaysia tertarik menggunakan bahasa ‘gaul’ dari Indonesia? Salah satu warga Malaysia yang rutin menggunakan bahasa slang Indonesia, Imaan, berbagi pandangannya tentang fenomena ini.

Baca Juga: Temuan Terbaru Es Laut Antartika Meleleh, Bahaya Nyata yang Mengancam Stabilitas Iklim Bumi

Imaan seringkali menggunakan kata-kata slang Indonesia ketika bermain game online, dan menurutnya, bahasa ini memberikan nuansa yang berbeda. “Saat menggunakannya, terasa lebih ‘hidup’ daripada menggunakan Bahasa Malaysia. Secara pribadi, saya juga menikmati suara dan bunyi bahasa Indonesia,” kata Imaan kepada CNNIndonesia.com pada Jumat (15/9).

Dalam percakapannya dengan CNNIndonesia.com melalui WhatsApp, Imaan beberapa kali menggunakan bahasa slang populer dari Indonesia. Sebagian di antaranya adalah kata-kata seperti “bocil” (bocah cilik) dan “botol” (botak tolol). “Bocil” sering digunakan untuk merujuk kepada anak-anak yang hiperaktif dan terlalu berisik, sementara “botol” digunakan untuk menggambarkan seseorang yang tidak cerdas.

Namun, seorang akademisi dari Universitas Teknologi MARA Shah Alam di Malaysia, Azlinawati Ngainon, mengaku tidak menyadari tren ini. “Saya tidak tahu bahwa penggunaan bahasa Indonesia dalam percakapan telah menjadi populer di kalangan anak muda. Maafkan saya jika saya kurang mengikuti perkembangan ini,” ujar Azlinawati.

Azlinawati menduga bahwa tren ini mungkin berkembang setelah Perdana Menteri Malaysia, Anwar Ibrahim, menghadiri Konferensi Tingkat Tinggi (KTT) ASEAN ke-43 di Jakarta pada awal bulan September. Selama kunjungannya, Anwar sering menggunakan bahasa Indonesia, campuran bahasa Inggris dan bahasa Melayu dalam berbicara. Keberadaan Anwar di acara “Temu Anwar” yang diselenggarakan oleh RANS Entertainment di Jakarta juga menarik perhatian warga Indonesia dan warga Malaysia yang berada di sana.

Berita Terkait

Tinggalkan Balasan