JABAR EKSPRES – Para demonstran berkumpul di depan Kedutaan Besar Prancis di Wina untuk menentang keras larangan abaya di sekolah-sekolah Prancis baru-baru ini.
Protes damai yang terorganisir ini diikuti oleh para peserta yang mengenakan gaun-gaun yang melambai, mengacungkan spanduk-spanduk yang dihiasi slogan-slogan yang kuat, seperti “Abaya adalah hak dan identitas kami. Menghakimi perempuan berdasarkan pakaian adalah tidak adil,” dan “Pakaianku, pilihanku.”
Tujuan utama dari protes ini adalah untuk menyampaikan ketidaksetujuan yang mendalam terhadap keputusan Prancis baru-baru ini yang melarang pemakaian abaya di lingkungan pendidikan.
Larangan tersebut, yang secara luas dianggap sebagai pelanggaran terhadap kebebasan pribadi, telah menyulut kemarahan tidak hanya di Prancis tetapi juga secara global.
BACA JUGA: Puluhan Siswi di Prancis Diusir dari Sekolah Karena Menolak Melepas Abaya
Di antara suara-suara terkemuka yang memperkuat pesan para demonstran adalah Baraa Bolat, seorang aktivis media sosial yang terkenal.
Bolat menggarisbawahi pentingnya demonstrasi tersebut dalam menyoroti masalah yang jarang dibahas ini dan menekankan penolakan tegas para demonstran terhadap penerapan larangan tersebut di Prancis.
“Perempuan harus memiliki otonomi untuk memutuskan bagaimana mereka ingin berpakaian. Sama seperti saya dan banyak orang lain di sini, perempuan harus bisa memilih apakah akan mengenakan abaya atau rok pendek. Keputusan ini seharusnya berada di tangan perempuan itu sendiri,” ungkapnya, seperti dikutip TRT World dari Anadolu Agency, Minggu, 17 September 2023.
Selain itu, Bolat menarik perhatian pada lonjakan Islamofobia yang mengkhawatirkan yang lazim terjadi di berbagai negara di seluruh dunia, dengan memilih Prancis karena kebijakan anti-Islamnya belakangan ini.
BACA JUGA: Prancis Larang Penggunaan Abaya Karena Dinilai Bertentangan dengan Prinsip Dasar Negara
“Kami tidak ingin larangan ini menyebar atau diterapkan di Austria atau negara lain. Ini merupakan pelanggaran terhadap hak asasi manusia. Pemerintah seharusnya tidak mendikte bagaimana orang harus berpakaian. Inilah alasan mengapa kami berkumpul di sini, menyuarakan, ‘Abaya saya, pilihan saya’,” ujarnya.
Menteri Pendidikan Prancis Gabriel Attal menjadi berita utama dalam beberapa minggu terakhir dengan mengumumkan bahwa siswa yang mengenakan pakaian tradisional akan dilarang menghadiri kelas di tahun ajaran mendatang.