JABAR EKSPRES – Dalam sebuah kejadian yang tragis, jumlah korban tewas akibat badai topan tanpa henti yang menyebabkan hujan lebat dan banjir dahsyat di Brasil selatan telah melonjak hingga mencapai angka yang sangat mengerikan, setidaknya 36 nyawa melayang, menurut pihak berwenang setempat.
Wilayah yang terkena dampak tetap dalam keadaan siaga tinggi karena bersiap-siap menghadapi kemungkinan cuaca buruk lebih lanjut.
Banjir yang tak kunjung surut telah memaksa banyak penduduk untuk mengungsi ke atap rumah mereka, sehingga memicu operasi tanggap darurat besar-besaran yang saat ini sedang berlangsung.
Laporan menunjukkan bahwa lebih dari 1.000 orang sangat membutuhkan pertolongan saat mereka bergulat dengan konsekuensi mengerikan dari bencana tersebut.
BACA JUGA: Darurat Krisis Iklim! 60 Ribu Orang di Eropa Meninggal Akibat Cuaca Panas Ekstrem
Badai dahsyat ini, yang awalnya terjadi pada Senin, 4 September 2023, telah menyebabkan seluruh lingkungan terendam di negara bagian selatan Rio Grande do Sul.
“Air naik begitu cepat, saya bahkan tidak sempat membawa apa pun. Saya kehilangan segalanya,” kata Paulo Roberto Neto Vargas, 39 tahun, seorang penduduk kota Roca Sales yang terkena dampak parah, di mana para pekerja darurat menemukan enam mayat, dikutip dari TRT World.
Banjir bandang dan tanah longsor telah melenyapkan sebagian besar wilayah yang terkena bencana, meninggalkan pemandangan kehancuran, termasuk rumah-rumah yang hancur dan air keruh berwarna coklat yang membentang sejauh mata memandang.
Bencana ini merupakan bencana terbaru dari serangkaian bencana mematikan terkait cuaca yang menimpa Brasil, sebuah krisis yang menurut para ahli kemungkinan besar akan diperburuk oleh krisis iklim yang sedang berlangsung.
BACA JUGA: Krisis Iklim Menyebabkan Meningkatnya Resiko Penyakit DBD dan Chikungunya di Eropa
Gubernur Eduardo Leite, yang secara pribadi melakukan survei udara di daerah-daerah yang dilanda banjir, telah menyatakan bahwa ribuan orang sedang menunggu bantuan.
“Masih banyak keluarga yang terdampar di atap-atap rumah mereka,” katanya.
Sebagai tanggapan, ia menyatakan keadaan darurat, dan menyebutnya sebagai bencana cuaca paling mematikan yang pernah terjadi di Rio Grande do Sul.