Terakhir adalah kolaborasi semua pihak agar tidak saja menjaga untuk tetap on the trek, namun juga sebagai penyegaran melalui ide-ide kreatif dan data terkini dalam penerapan metode-metode pengendalian tembakau sebagai benteng untuk generasi muda maupun masyarakat.
Bima Arya menilai, bahwa tantangan dan kendala menjadi hal lain yang dihadapi, utamanya di lapangan. Di antaranya menjaga ambience (suasana) Perda KTR dan banyak hal-hal baru yang ditemukan berupa pesan-pesan terselubung terkait tembakau yang bisa berdampak yang masuk melalui akses-akses lain yang tidak terjangkau.
Untuk itu dilakukan monitoring dan evaluasi yang berkelanjutan dan membangun untuk mengupdate dan menjaga upaya yang dilakukan agar terus on the trek karena targetnya adalah gerakan untuk memberikan pemahaman kepada masyarakat, sehingga bisa mengurangi risiko penyakit yang disebabkan karena tembakau dan mengurangi beban warga akibat konsumsi rokok sehingga bisa memberikan kesejahteraan warga.
Sementara itu, Direktur Pencegahan dan Pengendalian Penyakit Tidak Menular (P2PTM) Kemenkes, Eva Susanti menerangkan, adanya kunjungan monev bertujuan untuk menguatkan pengendalian konsumsi tembakau atau rokok melalui monitoring dan evaluasi implementasi KTR, sekaligus melakukan seleksi dan evaluasi calon nominasi ASEAN Smoke Free Award tingkat nasional yang merupakan tindak lanjut dari kampanye ASEAN bebas rokok.
“Dalam mendukung kegiatan ini Indonesia sebagai bagian dari anggota ASEAN ikut berpartisipasi dalam kampanye tersebut dan melaksanakan proses seleksi di tingkat nasional. Dari 342 kota/kabupaten yang memiliki peraturan daerah (perda), ditetapkan 11 daerah yang telah mengimplementasikan perda KTR sampai dengan tingkat pelarangan iklan, salah satu yang terpilih adalah Kota Bogor,” kata Eva Susanti
Pihaknya berharap implementasi di Kota Bogor bisa menjadi contoh praktik baik bagi KTR atau kawasan bebas rokok yang diakui di tingkat ASEAN. (YUD)