JABAR EKSPRES – Data yang dihimpun dari Riset Kesehatan Dasar telah mengindikasikan tren yang semakin kuat terkait perilaku mager atau kurang gerak di kalangan anak-anak dan remaja usia 10-19 tahun.
Dalam laporan tersebut, Plt Direktur Kesehatan Usia Produktif dan Lanjut Usia yang berasal dari Kementerian Kesehatan, Nida Rohmawati, telah menyampaikan bahwa tren ini dapat diatribusikan pada kemajuan teknologi.
Penyebab utamanya adalah berkembangnya teknologi yang membuat anak-anak lebih cenderung memilih gaya hidup santai.
Nida Rohmawati menjelaskan, fenomena ini muncul karena adanya pergeseran dalam kegiatan sehari-hari anak-anak dan remaja.
BACA JUGA: GMNI Sebut Capres dan Cawapres Harus Usia Produktif
“Data Riskesdas 2018, kelompok-kelompok umur yang kurang aktvitas fisik ini anak-anak remaja saja 10-14 tahun. Tidak banyak lagi yang main keluar, main lompat tali dan sebagainya,” katanya dalam konferensi pers daring, Jumat, 25 Agustus 2023, seperti dikutip Disway.id.
Dulu, mereka cenderung terlibat dalam berbagai aktivitas fisik seperti bermain di luar rumah atau olahraga.
Namun, dengan adanya kemajuan teknologi, sebagian pekerjaan dan hiburan yang dulu memerlukan upaya fisik kini dapat dilakukan dengan lebih mudah dan cepat berkat alat-alat canggih.
Kemudahan akses dan kenyamanan yang ditawarkan oleh teknologi modern ini seolah-olah telah merubah pola pikir dan gaya hidup kaum muda.
BACA JUGA: Staf Khusus Presiden Mengingatkan Pemimpin Bukan Hanya Jabatan Politik Publik
Permainan dan hiburan virtual dapat dilakukan tanpa harus keluar rumah, serta segala informasi dapat diperoleh secara instan melalui perangkat elektronik.
Berdasarkan riset tersebut, anak-anak usia 10-14 tahun menjadi sorotan utama. Hanya 35,6 persen dari kelompok ini yang memiliki aktivitas fisik yang memadai.
Sementara itu, angka yang mengkhawatirkan adalah bahwa 64,4 persen sisanya cenderung memiliki tingkat aktivitas fisik yang rendah.
Tren serupa juga ditemukan pada rentang usia 15-19 tahun. Dalam kelompok ini, 50,4 persen remaja dinilai memiliki aktivitas fisik yang mencukupi, sementara 49,6 persen sisanya menghadapi masalah kurangnya aktivitas fisik.
BACA JUGA: Menkes Imbau Puskesmas Lakukan Pemeriksaan Rutin Kualitas Udara
Nida Rohmawati, seorang ahli kesehatan yang terlibat dalam riset ini, mengungkapkan bahwa masalah ini semakin mendalam dengan menyoroti hasil tes kebugaran yang dilakukan.