JABAR EKSPRES – Suatu insiden tragis terjadi di kota Jenin yang diduduki di Tepi Barat, di mana seorang pria Palestina berusia 32 tahun tewas akibat tembakan oleh militer Israel.
Kementerian Kesehatan Palestina mengonfirmasi peristiwa ini pada hari Kamis, menyatakan bahwa pria tersebut mengalami luka tembak fatal di kepala, dada, dan perut selama agresi militer Israel di Jenin pada pagi hari.
Menurut saksi mata yang berada di lokasi, pasukan Israel dilaporkan telah melakukan serbuan terhadap kota Jenin dengan menggunakan sejumlah besar kendaraan militer dan bulldozer.
Bentrokan pun pecah antara puluhan warga Palestina dengan pasukan Israel, dan suara tembakan terdengar memecah kesunyian pagi, dilansir dari pemberitaan TRT World.
BACA JUGA: PBB Mengutuk Keras Operasi Militer Israel di Jenin Palestina Karena Menewaskan Warga Sipil
Selain korban jiwa, dua warga sipil Palestina juga dilaporkan ditangkap oleh pasukan Israel, seperti yang diakui oleh beberapa saksi mata yang berada di tempat kejadian.
Situasi kekerasan di Tepi Barat telah meradang selama 15 bulan terakhir, ditandai oleh serangan-serangan meningkat dari pihak Israel serta konfrontasi antara pemukim Yahudi dan penduduk Palestina di desa-desa Palestina.
Serangan-serangan jalanan dari pihak Palestina juga turut menyumbang pada eskalasi ketegangan di daerah tersebut.
Dalam konteks ini, PBB mencatat bahwa setidaknya 196 warga Palestina dan 24 orang Israel telah kehilangan nyawa mereka sejak Januari akibat berbagai aksi permusuhan.
BACA JUGA: Kota Jenin Palestina Porak-Poranda Karena Operasi Militer Israel
Tepi Barat sendiri telah berada dalam kendali terbatas pemerintahan Palestina, meskipun wilayah ini masih diduduki oleh Israel sebagai hasil dari perang Arab-Israel pada tahun 1967.
Namun, pemerintah Israel telah mempertahankan kehadirannya di wilayah tersebut, memaksa jutaan warga Palestina hidup di bawah pengawasan militer serta terus membangun permukiman pemukim Yahudi di wilayah yang banyak negara anggap ilegal.
Sementara upaya-upaya perdamaian yang disponsori oleh AS sebelumnya telah dijalankan untuk mendukung pendirian negara Palestina di wilayah Tepi Barat, Gaza, dan Yerusalem Timur, namun proses tersebut runtuh pada tahun 2014 dan hingga saat ini tidak menunjukkan tanda-tanda kemajuan.