Pengamat Sesalkan Tindakan Aparat Rusuh di Dago Elos Bandung

JABAR EKSPRES, BANDUNG – Pengamat Kebijakan Publik Universitas Padjajaran (UNPAD) Yogi Suprayogi turut merespon peristiwa yang terjadi di Dago Elos, Kota Bandung, Senin (15/8) malam. Ia menyayangkan tindakan yang dilakukan aparat kepolisian.

Yogi menguraikan, dugaan tindakan represif yang dilakukan aparat kepolisian itu jadi hal yang tidak biasa di Bandung.

“Tindakan represif itu kalau di luar mungkin bukan sekali dua kali. Tapi kalau di Bandung jarang sekali,” terangnya kepada Jabar Ekspres.

Menurut Yogi, polemik kepemilikan tanah antara warga dengan keluarga Muller itu sudah mengalir di tingkat Mahkamah Agung (MA). Putusan di tingkat MA itu juga sudah jadi kebijakan.

BACA JUGA : Polemik Terjadinya Ricuh di Dago Elos, Hingga Tindakan Represif yang Picu Amarah Warga

“Saya hanya sayangkan tindakan aparat. Kurang elok jika pemerintah malah intervensi warga,” Sambungnya.

Yogi berpendapat, aksi yang dilakukan warga itu bisa jadi jalan terakhir yang bisa dilakukan untuk memberikan perlawanan.

“Menurut kami, pemerintah atau aparat sebaiknya bisa mengedepankan faktor lain daripada aksi represif,” sambungnya.

Dari informasi yang dihimpun, kerusuhan yang terjadi di kawasan Dago Elos itu bermula dari upaya laporan yang dilakukan perwakilab warga ke Polrestabes Bandung. Warga yang ditemani kuasa hukumnya hendak melaporkan perbuatan jahat yang dilakukan keluarga Muller.

Dalam proses pelaporan itu ada kekecewan dari warga. Sehingga warga kemudian melakukan aksi blokade jalan pada Senin (14/8) malam. Aksi itu memanas karena adanya lemparan gas air mata.

Di sisi lain, Kapolrestabes Bandung Kombes Pol Budi Sartono menerangkan bahwa, aksi blokade jalan itu memang asal muasalnya karena kekecewaan warga terkait pelaporan yang dilakukan ke Polrestabes.

BACA JUGA : Tolak Laporan Warga Dago Elos, Begini Alasan Kapolretabes Bandung

“Berdasar veri mereka (warga.red) laporan tidak terima. Sedangkan pada hari tersebut telah diterima langsung oleh Kasat Reskrim dan diadakan beriata acara wawancara di polrestabes. Masalah pemalsuan. Mungkin ada mis di antara pihak warga,” Jelasnya.

Budi menambahkan, dalam kejadian di Dago Elos, aparat memang menembakkan gas air mata. Namun hal itu untuk membubarkan kelompok yang anarkis.

Berita Terkait

Tinggalkan Balasan