JABAR EKSPRES — Hari Raya Galungan merupakan salah satu perayaan agama Hindu yang sangat penting dan dianggap sebagai hari suci di Bali, Indonesia. Dirayakan setiap enam bulan sekali, perayaan ini memperingati kemenangan Dharma (kebenaran) melawan Adharma (ketidakbenaran) dalam mitologi Hindu. Galungan menandai momen penting bagi umat Hindu untuk merenungkan makna hidup, menghormati para leluhur, dan memperkuat ikatan keluarga serta sosial.
Perayaan Galungan dimulai dari upacara Tumpek Landep sekitar 25 hari sebelum Galungan, di mana masyarakat Hindu membersihkan dan mempersiapkan peralatan rumah tangga mereka. Puncak perayaan terjadi pada hari Galungan, yang jatuh pada Rabu Dungulan dalam penanggalan Bali.
Sebelum Hari Galungan, warga Hindu sibuk dengan persiapan menyambut momen suci ini. Mereka membuat “penjor”, yaitu tiang hiasan dari janur yang berhiaskan berbagai macam kelapa, buah-buahan, dan bunga.
Penjor digantung di depan rumah dan menjadi pemandangan khas Bali selama perayaan. Selain itu, masyarakat juga mempersiapkan “canang sari”, yaitu persembahan berupa sangkaranyang terbuat dari daun kelapa dan diisi dengan berbagai macam bunga serta makanan sebagai wujud penghormatan kepada para dewa dan leluhur.
BACA JUGA: Hari Harimau Sedunia, Edukasi dalam Menghadapi Ancaman terhadap Spesies Ikonik
Pada Hari Galungan, umat Hindu pergi ke pura (tempat ibadah Hindu) untuk bersembahyang dan berdoa memohon berkah. Pura-pura menjadi ramai dikunjungi, dan kegiatan keagamaan mengisi suasana hari ini. Keluarga berkumpul untuk melakukan ibadah bersama dan menyajikan persembahan kepada para dewa dan roh leluhur.
Salah satu tradisi unik yang menjadi daya tarik bagi wisatawan yang mengunjungi Bali pada Hari Galungan adalah tradisi “ngelawang”. Dalam tradisi ini, para pemuda berpakaian khas sebagai tokoh-tokoh mitologi Hindu dan berkeliling desa untuk menolak kehadiran roh jahat dan memastikan keberkahan menyelimuti wilayah mereka. Ngelawang menyajikan tontonan menarik dengan tarian dan drama kecil yang menggambarkan perjuangan antara kebenaran dan ketidakbenaran.
Hari Galungan juga menjadi waktu untuk bersilaturahmi dengan keluarga dan teman-teman. Masyarakat saling mengunjungi, bermaafan, dan berbagi kebahagiaan. Saat-saat seperti ini menciptakan ikatan sosial yang kuat dan memberikan kesempatan untuk merajut kembali hubungan yang mungkin sempat retak.