JABAR EKSPRES – Polemik pengelolaan Parkir Masjid Al Jabbar berlanjut. Warga sekitar seakan digeser secara perlahan dari pengelolaan parkir masjid yang ada di Kecamatan Gedebage itu.
Saat ini sistem parkir di Masjid Al Jabbar telah berubah menggunakan portal. Yakni, pengunjung yang datang tinggal memencet tombol portal kemudian mendapatkan karcis digital layaknya di pusat-pusat perbelanjaan. Berbeda dengan beberapa waktu lalu yang masih menggunakan kertas karcis manual.
Ternyata, pengelolaan parkir dengan sistem baru itu justru mulai memunculkan gejolak. Parkir yang dikelola pihak ketiga itu ternyata makin mengurangi peran jukir-jukir yang berasal dari warga sekitar.
BACA JUGA: DPRD Jabar Dorong Kaji Ulang Kontrak Parkir di Masjid Al Jabbar
Ketua LPM Cimincrang Yusuf Irawan mengungkapkan, dari 173 jukir yang biasa beraktivitas di masjid tersebut kini hanya 12 orang yang diserap untuk terlibat pengelolaan parkir. “Terus ini sisanya mau dikemanakan,” terangnya kepada Jabar Ekspres, Kamis (27/7).
Yusuf menambahkan, mewakili masyarakat sekitar pihaknya tidak mempersoalkan siapa pihak ketiga yang berperan mengelola parkir di Masjid Al Jabbar. Itu juga kepentingan agar parkir di masjid tersebut bisa dikelola dengan baik.
Namun demikian, pengelolaan parkir itu tidak justru menghilangkan peran dari masyaakat sekitar yang sudah memulai pengelolaan parkir sedari awal dibukanya masjid tersebut. “Permintaan kami untuk pekerja lapangan atau jukir bisa dipercayakan ke warga sekitar. Artinya, sisa jukir-jukir sebelumnya itu juga bisa ditampung,” jelasnya.
Ketika warga sekitar atau jukir yang sebelumnya sudah banting tulang di wilayah itu ditampung, mereka juga siap untuk bekerja secara profesional. “Lapangan biar kami yang kelola. Kami juga tidak akan mempersoalkan besaran upah termasuk kuota jukir,” imbuhnya.
BACA JUGA: Pengamat Sebut Kontrak Parkir Masjid Al Jabbar dengan Kodam Jadi Strategi Kondusifitas
Korlap Panser Cimincrang Rohendi menambahkan, ketika hanya sebagian kecil jukir-jukir yang ditampung tentu bakal menjadi beban. Karena sebagian besar para jukir itu adalah pengangguran yang berupaya untuk mencari makan dengan adanya pembangunan Masjid Al Jabbar. “Kami tidak masalah pihak ketiga yang ditunjuk sebagai pengelola. Tapi kami ingin ditampung. Sudah 6 tahun warga sekitar ikut terganggu bising pembangunan masjid. Kalau kami ada salah ya dibina bukan dibinasakan,” cetusnya.