JABAR EKSPRES – Awal November 2013, Pemerintah Kota (Pemkot) Bandung perkenalkan program bernama Rebo Nyunda. Setiap Rabu, masyarakat diimbau untuk menggunakan bahasa Sunda untuk berkomunikasi.
Hal tersebut tertuang dalam Peraturan Daerah (Perda) Kota Bandung nomor 9 Tahun 2012 mengenai Penggunaan, Pemeliharaan, Pengembangan Bahasa Sastra, dan Aksara Sunda lebih ditekankan lagi.
Namun seiring berjalannya waktu, modernisasi dan akulturasi budaya menyebabkan identitas bahasa dan seni mulai sedikit memudar dikalangan masyarakat Sunda, khususnya warga Kota Bandung.
BACA JUGA: Dilantik Hari Ini, Ma’ruf Amin ke Praja Muda Lulusan IPDN: ASN Tidak Sekedar Tunggu Arahan Atasan
Ini yang kemudian coba digagas oleh Dinas Kebudayaan dan Parawisata Kota Bandung, Dalam memperkenalkan kembali identitas Sunda mulai dari akar rumput, di tingkat Sekolah Dasar (SD) hingga Sekolah Menengah Pertama (SMP) .
Kepala Bidang Produk Budaya dan Kesenian, Rahayu Pitriyati menuturkan, program Nyeni di Sakola ini nantinya bakal memadukan antara permainan kesenian (kaulinan barudak), yang dibalut dengan edukasi.
“Siswa-siswi tidak hanya belajar seni tradisional Sunda secara langsung, tetapi juga menikmati hiburan yang bernilai edukasi,” ujar Rahayu Pitriyati.
Penerapan program Nyeni di Sakola ini baru dilaksanakan di 2 sekolah yakni SDN 035 Soka yang telah dilaksanakan pekan lalu, dan SMPN 43 Kota Bandung.
Rahayu menyebut, program ini masih dalam tahap ujicoba. Hasil ini nantinya akan dijadikan evaluasi terkait efektivitas dalam mengembangkan nilai kasundaan dengan menggunakan konsep yang tepat.
BACA JUGA: 5 Jurusan Kuliah yang Dianggap Sulit, Lihat Tantangan dan Keuntungannya!
“Hal ini juga akan membantu dalam menentukan seni-seni tradisional apa yang perlu lebih diperkenalkan dan diedukasi kepada anak-anak di Kota Bandung,” katanya.
Kedepan, apabila tahap evaluasi telah selesai, Pemkot Bandung berencana akan memasifkan program tersebut. Sebanyak 5-10 persen sekolah meliputi SD-SMP di Kota Bandung, akan dilibatkan dalam berjalannya program ini.
Rahayu mengatakan, penunjukan sekolah didasari dengan potensi seni yang dimiliki. Selain itu, program Nyeni di Sakola di harapkan bisa menciptakan generasi yang mencintai dan ikut melestarikan kebudayaan Sunda.
“Sehingga warisan budaya luhur ini dapat terus hidup dan diapresiasi oleh generasi-generasi mendatang,” pungkasnya. (Dam)