Sejarah Adanya Anjuran Puasa Tasua Asyura pada Bulan Muharram

JABAR EKSPRES- Puasa Tasua dan Asyura merupakan dua puasa sunnah yang dijalankan pada tanggal 9 dan 10 Muharram dalam kalender Hijriah.

Puasa ini memiliki akar sejarah yang kaya, terkait dengan peristiwa-peristiwa penting dalam tradisi agama Yahudi dan tragedi bersejarah dalam Islam. Berikut adalah gambaran tentang sejarah dan makna anjuran puasa Tasua dan Asyura dalam Islam:

Asal Usul Puasa Tasua dan Asyura

Nama “Tasua” berasal dari bahasa Arab yang berarti “sembilan,” merujuk pada tanggal 9 Muharram. Sementara itu, “Asyura” berarti “sepuluh,” mengacu pada tanggal 10 Muharram.

Hubungan dengan Tradisi Yahudi

Sebelum Islam, umat Yahudi juga merayakan puasa pada tanggal 10 Muharram sebagai Hari Raya Kippur. Hari ini berkaitan dengan peristiwa pembagian Laut Merah oleh Nabi Musa (as) dan penyelamatan Bani Israil dari pengejaran Firaun.

Peristiwa Karbala

Namun, dalam konteks Islam, puasa Tasua dan Asyura mengandung makna yang jauh lebih mendalam. Pada tanggal 10 Muharram tahun 61 H/680 M, terjadi peristiwa tragis yang dikenal sebagai Tragedi Karbala.

Imam Husain bin Ali (ra), cucu Nabi Muhammad SAW, bersama keluarga dan pengikut setianya, menghadapi pasukan besar dari penguasa saat itu, Yazid bin Muawiyah, di medan perang Karbala, Irak.

Imam Husain dan para pengikutnya mengalami kehausan dan kelaparan selama berhari-hari karena pasukan Yazid memblokade akses mereka terhadap air dan makanan.

BACA JUGA : Apakah Boleh Puasa Tasua Asyura Hanya Dilaksanakan Salah Satunya ?

Pada hari ke-10 Muharram, mereka terdesak dan menghadapi pertempuran sengit. Meskipun jumlah mereka sedikit, mereka berjuang dengan penuh keberanian dan kesetiaan kepada prinsip-prinsip Islam.

Sayangnya, pada akhirnya, mereka gugur sebagai syuhada (martir) dalam peristiwa yang mengguncangkan umat Islam secara keseluruhan.

Makna dan Pesan

Peristiwa Karbala dan pengorbanan Imam Husain dan para pengikutnya menyiratkan pesan moral dan etika yang mendalam dalam Islam.

Mereka berjuang untuk mempertahankan kebenaran, keadilan, dan integritas, bahkan di hadapan kesulitan dan ketidakadilan.

Pengorbanan mereka menjadi lambang keberanian, ketabahan, dan keteguhan iman, serta menegaskan pentingnya menentang tirani dan kesewenang-wenangan.

Puasa Tasua dan Asyura menjadi kesempatan bagi umat Muslim untuk merenungkan peristiwa bersejarah ini dan mengambil pelajaran dari ketabahan dan kesetiaan Imam Husain dalam mempertahankan nilai-nilai Islam.

Berita Terkait

Tinggalkan Balasan