Menengok Kampung Blekok Kota Bandung, Makin Terhimpit Perumahan Elit

JABAR EKSPRES – Kampung Rancabayawak, Kota Bandung terbilang unik. Kampung yang ada di Kecamatan Gedebage itu menjadi habitat burung Blekok dan Kuntul. Makanya juga dikenal dengan Kampung Blekok. Namun, kini populasi burung-burung itu makin terhimpit pembangunan perumahan elit.

Rindangnya pohon bambu dan burung-burung, seakan jadi gapura penyambut masyarakat yang datang ke kampung di Kelurahan Cisaranten Kidul itu. Hal itu, akan menjadi lumrah atau biasa ketika berada di kawasan perdesaan. Namun, tidak demikian bagi Kampung Blekok. Kampung itu termasuk dalam administrasi gemerlapnya Metropolitan Kota Bandung. Hal itulah yang makin menambah keunikan dari kampung tersebut.

Di kampung yang tidak jauh dari Masjid Raya Al Jabbar itu, masyarakat bakal dengan mudah menjumpai Burung Blekok dan Kuntul. Jumlahnya bisa ratusan hingga ribuan jika musim penghujan atau jelang musim tanam padi.

BACA JUGA: Menuju Kota Bandung Zero Stunting, Pencegahan di Kalangan Remaja, Ibu Hamil Hingga Bayi

Apalagi ketika pagi dan sore hari. Mentari pagi dan cantiknya langit senja akan makin mempercantik pemandangan di Kampung Blekok Bandung.

Burung Blekok dan Kuntul itu biasanya akan bertengger di rumpun bambu di kampung tersebut. Sesekali mereka akan turun ke rawa atau genangan air di sekitar rumpun bambu untuk sekedar berjemur atau mencari makan.

Rumpun bambu di kampung tersebut tidak hanya jadi tempat singgah sementara bagi Burung dengan nama latin Ardeola speciosa dan Bubulcus ibis itu. Tetapi juga menjadi tempat bersarang atau berkembangbiak. “Sudah ada dari dulu. Sejak saya kecil sudah ada,” kata Agus Budiman, Ketua RW 02 kampung tersebut kepada Jabar Ekspres, Rabu (26/7).

Agus menceritakan, populasi Blekok dan Kuntul di kampungnya itu sebenarnya sudah banyak berkurang jika dibandingkan semasa ia kecil. Alasanya karena lahan sawah di sekitar Kampung Rancabayawak, Kota Bandung makin berkurang.

BACA JUGA: Ciko Arena 5, Ruang Publik Baru di Kota Bandung

Saat ini tersisa sekitar enam rumpun bambu di kampung itu. “Dulu masih ada sawah luas, sekarang makin terhimpit dengan benteng-benteng perumahan,” jelasnya.

Berita Terkait

Tinggalkan Balasan