JABAR EKSPRES – Ketua Dewan Penasihat Partai Golkar Luhut Binsar Pandjaitan bakal jadi Ketua Umum (ketum) Partai Golkar jika mendapatkan dukungan dari anggota partai tersebut.
Menteri Koordinator Bidang Kemaritiman dan Investasi Luhut Binsar Pandjaitan siap untuk jadi ketum Golkar jika anggota partai mendukungnya.
“Kalau didukung, mau,” ujar Luhut.
Menteri Koordinator Bidang Kemaritiman dan Investasi Luhut Binsar Pandjaitan menyatakan kesiapannya untuk menjadi Ketua Umum Partai Golkar.
Namun, ia menegaskan bahwa tidak ada kepentingan yang terlalu besar untuk menduduki jabatan tersebut, dan bahkan dia tidak mengetahui siapa saja yang berencana maju sebagai calon Ketua Umum.
BACA JUGA: Airlangga Hartarto Diperiksa Selama 12 Jam Menjawab 46 Pertanyaan
Beberapa rumor beredar mengenai keinginan untuk menggantikan posisi Airlangga Hartarto, tetapi politisi tersebut menegaskan bahwa dia tidak memiliki masalah pribadi dengan Airlangga dan akan menunggu keputusan partai.
“Airlangga itu teman baik saya, tidak ada masalah. Soal itu tadi (menjadi Ketum Partai Golkar) biarkan saja mekanisme mereka jalan, saya nunggu saja, tidak ada juga kepentingan yang menggebu-gebu di situ,” ujar Luhut Binsar.
Meskipun ia mengakui sering didatangi oleh senior-senior Partai Golkar, dia enggan untuk membocorkan isi dari pertemuan-pertemuan tersebut.
BACA JUGA: Hasil Pemeriksaan Airlangga Hartarto Terkait Kasus Dugaan Korupsi CPO
Tentang elektabilitas partai yang menurun berdasarkan hasil survei Indikator Politik Indonesia, politisi tersebut enggan menyalahkan siapa pun, termasuk Airlangga Hartarto.
BACA JUGA: Airlangga Hartarto Menjawab 46 Pertanyaan, Ini Kata Presiden Jokowi
Luhut berpendapat bahwa kondisi ini harus diatasi dengan upaya perbaikan di dalam Partai Golkar, dan para elite partai memiliki peran besar dalam hal ini.
Sebelumnya, anggota Dewan Pakar Partai Golkar, Ridwan Hisjam, menyatakan pandangannya bahwa Luhut Binsar Pandjaitan dan Wakil Ketua Umum Partai Golkar, Bambang Soesatyo (Bamsoet), pantas menjadi pengganti Airlangga Hartarto sebagai Ketua Umum, karena tiga ormas pendiri Partai Golkar telah meminta Airlangga untuk mundur dari posisi Ketua Umum DPP Golkar.