JABAR EKSPRES – Kantor Koordinasi Urusan Kemanusiaan Perserikatan Bangsa-Bangsa (OCHA) telah meminta dana kemanusiaan mendesak untuk membantu Somalia yang sedang mengalami kekeringan parah. Separuh populasi negara ini menghadapi risiko kehilangan bantuan penting karena kekurangan dana.
OCHA mengungkapkan bahwa Rencana Tanggap Kemanusiaan (HRP) tahun ini hanya memiliki pendanaan mencukupi untuk 30,5 persen (793 juta dolar AS atau sekitar Rp11,9 triliun) hingga pertengahan tahun. Namun, diperlukan dana sebesar 2,6 miliar dolar AS (sekitar Rp38,9 triliun) untuk memenuhi kebutuhan 7,6 juta warga Somalia.
BACA JUGA: Hadapi Musim Kemarau, Ancaman Kekeringan Hantui Warga Desa
“Karena kebutuhan kemanusiaan yang sangat besar, diperlukan dana tambahan untuk memberikan bantuan penyelamatan nyawa,” demikian pernyataan dari OCHA.
Situasi di Somalia akan semakin memburuk jika bantuan darurat tidak mencapai mereka yang membutuhkannya, terutama di wilayah agropastoral Hiraan, kawasan perkotaan dan pengungsian di Belet Weyne, serta daerah penggembalaan di tengah Somalia, sesuai dengan pernyataan organisasi tersebut.
Somalia merupakan negara yang paling terdampak oleh kekeringan, yang mengakibatkan jutaan warga mengungsi dan sekitar 43 ribu jiwa meninggal dunia.
Dampak dari kekeringan terburuk dalam 40 tahun terakhir di negara ini kini bertambah dengan bencana banjir. Baru-baru ini, dua anak perempuan tenggelam dalam luapan banjir di Jowhar, bagian timur ibu kota administratif Hirshabele. Banjir juga menyebabkan 9.600 orang mengungsi di beberapa desa di Balcad, sebuah kota yang terletak 40-kilometer dari ibu kota Mogadishu.
BACA JUGA: DPR Amerika Serikat: Israel Bukan Negara Rasis dan Apartheid
Menurut OCHA, pada awal bulan ini, 11 desa di Negara Bagian Southwest terendam banjir, mengakibatkan 14.400 orang mengungsi dan lahan pertanian terendam air. Hujan terus turun di wilayah pesisir utara dan selatan Somalia.
Organisasi tersebut memperingatkan bahwa El Nino dan Dipol Samudera Hindia yang positif diperkirakan akan menyebabkan hujan lebat dan banjir pada bulan Oktober, terutama di sepanjang sungai Shabelle dan Juba.