Konflik Memanas: Israel Terperangkap dalam Ancaman Perang Saudara

JABAR EKSPRES – Situasi konflik di Israel semakin tegang dengan adanya demonstrasi besar-besaran yang menentang pemerintah, dan isu perang saudara semakin santer terdengar. Bahkan, hasil jajak pendapat terbaru menunjukkan bahwa 67 persen penduduk Israel merasa khawatir akan pecahnya perang saudara.

Survei yang dilakukan oleh Channel 12 pekan lalu mengungkapkan angka tersebut. Dalam riset tersebut, hanya 29 persen responden yang tidak khawatir akan perang, sementara 4 persen lainnya mengaku tidak mengetahui.

Isu perang saudara sudah muncul sejak awal tahun ini, ketika pemerintah memperjuangkan pengesahan undang-undang untuk mengubah sistem peradilan. Melalui perubahan tersebut, Perdana Menteri Netanyahu berencana memberikan lebih banyak kekuasaan kepada politikus sementara wewenang Mahkamah Agung dikurangi.

Sebagaimana dilaporkan oleh CNN, Netanyahu dan pendukungnya berargumen bahwa Mahkamah Agung saat ini dianggap sebagai lembaga yang diisi oleh elit dan tidak mewakili kepentingan rakyat.

Baca Juga: Menlu Ukraina Sebut Rusia Bahayakan Pangan Global

Namun, ada sebagian warga yang menolak amandemen tersebut. Mereka berpendapat bahwa perubahan sistem peradilan tersebut merusak demokrasi di Israel.

Rencana perubahan ini memicu gelombang protes dari berbagai kalangan masyarakat. Beberapa warga menentang rencana perubahan sistem peradilan yang diusulkan oleh Netanyahu, sementara yang lain mendukung pemerintah.

Massa pendukung dan penentang rencana pemerintah ini sering kali berhadapan dan kerusuhan pun tak terhindarkan.

Di tengah eskalasi kekerasan yang semakin memuncak, sejumlah pejabat Israel telah memperingatkan Netanyahu bahwa negara mereka berada di ambang perang saudara.

Netanyahu akhirnya mengakui bahwa Israel memang berada dalam situasi yang rawan akan perang saudara. Ia pun memutuskan untuk menunda pembahasan reformasi sistem peradilan tersebut.

“Saya katakan sekarang, tidak boleh ada perang saudara. Masyarakat Israel berada di persimpangan yang berbahaya. Kita sedang menghadapi krisis yang mengancam persatuan dasar kita,” ungkap Netanyahu seperti yang dilansir oleh Times of Israel.

“Saya menyadari ketegangan yang luar biasa antara kedua belah pihak, antara dua kelompok masyarakat, dan saya melihat keinginan banyak warga untuk mengurangi ketegangan ini,” tambah Netanyahu.

Baca Juga: Trem Tenaga Hidrogen Asal China Mulai Diekspor ke Malaysia

Berita Terkait

Tinggalkan Balasan