China Mengumumkan Dukungan Maksimal Terhadap Negosiasi Kode Etik Laut China Selatan

JABAR EKSPRES – Wang Yi, seorang diplomat top China, dengan santainya mengungkapkan bahwa Negeri Tirai Bambu mendukung upaya penyelesaian negosiasi Kode Etik, atau yang sering disebut Code of Conduct (CoC).

Wang menjelaskan bahwa Beijing dengan senang hati menerima perkembangan positif dalam pembacaan kedua teks CoC yang terkait dengan Laut China Selatan. Menurutnya, China secara aktif terlibat dan dengan tegas mendukung kerangka kerja sama regional yang berfokus pada ASEAN.

“Kami menyambut baik kemajuan yang dicapai dalam pembacaan kedua ‘Kode Etik di Laut China Selatan’ dan kami mendukung semua pihak untuk segera menyusun dokumen panduan agar penyelesaian Kode Etik dapat dipercepat,” ujar Wang dalam Konferensi Post-Ministerial di Hotel Shangri-La, Jakarta Pusat, hari ini, Kamis (13/7).

Wang menekankan bahwa Beijing bekerja sama dengan negara-negara lain untuk memperkuat fondasi perdamaian dan stabilitas. China juga menyatakan tidak ingin ikut campur dalam upaya perdamaian di kawasan Asia Tenggara.

Baca Juga: Menlu AS, Blinken Bertemu Wang Yi di Sela-sela Pertemuan ASEAN

Wang juga mengakui kompleksitas situasi global saat ini. Dia berjanji untuk terus menjalin kerjasama yang sukses dengan ASEAN dan memperdalam hubungan bilateral dengan negara-negara anggota.

“China siap untuk bekerja sama dengan ASEAN demi mencapai kesuksesan, memperdalam pengembangan hubungan bilateral yang sejalan dengan tujuan yang benar, sebagai mitra yang komprehensif, untuk menciptakan perdamaian dan stabilitas jangka panjang di kawasan,” ucap Wang.

Sejak dimulai pada tahun 2002, perundingan penyusunan CoC terus mengalami kemacetan. CoC merupakan panduan untuk mengatur perilaku negara-negara di Laut China Selatan, yang selama ini sering terjadi perselisihan dengan sejumlah negara karena tumpang tindihnya klaim wilayah.

China mengklaim sebagian besar wilayah LCS sebagai miliknya, meskipun keputusan Pengadilan Arbitrase Internasional pada tahun 2016 menolak klaim tersebut. Namun, China tetap gigih dalam membangun pulau-pulau dan fasilitas militer di kepulauan LCS seperti Spratly dan Paracel.

Baca Juga: Canada Never Doubted The Importance of Partnering with ASEAN

Kepulauan Spratly sering menjadi sumber perselisihan antara Beijing dan beberapa negara seperti Malaysia, Filipina, dan Vietnam.

Berita Terkait

Tinggalkan Balasan