Fenomena Banyak Pertashop di Tutup ! Kenapa Ya ?

JABAR EKSPRES- Pertashop adalah toko retail milik Pertamina yang umumnya tersebar di pedesaan dan pinggir kota.

Tujuannya adalah untuk memberikan akses yang lebih luas terhadap bahan bakar minyak (BBM) non-subsidi, LPG non-subsidi, dan produk ritel Pertamina lainnya di daerah yang belum terjangkau oleh SPBU.

Menurut Komaidi Notonegoro, Direktur Eksekutif Reforminer Institute, konsep bisnis kemitraan antara Pertamina dan pelaku usaha Pertashop perlu ditinjau ulang.

BACA JUGA : Dorong UMKM Melek Digital, Pemkot Sukabumi Gelar Pelatihan Vokasi Ekonomi Digital

Selama ini, Pertashop hanya diperbolehkan menjual BBM dengan RON tinggi (Pertamax), padahal ini tidak sesuai dengan segmen pasarnya.

Sementara itu, penjual BBM eceran ilegal seperti Pertabotol dan Pertamini diizinkan menjual BBM dengan RON yang lebih rendah.

Hal ini menjadi penyebab utama kerugian Pertashop. Selain itu, seringkali lokasi kios-kios tersebut berdekatan.

Salah satu penyebab lainnya adalah disparitas harga antara Pertamax (BBM non-subsidi) dan Pertalite (BBM subsidi), sehingga masyarakat enggan membeli di Pertashop.

Ketua Paguyuban Pertashop Jateng-DIY DPC Kota Surakarta, Gunadi Broto Sudarmo, berharap agar perbedaan harga kedua jenis BBM tersebut tidak lebih dari Rp1.500 per liter.

Ia juga berharap agar Pertashop diperbolehkan menjual LPG 3kg sebagai sumber pendapatan tambahan.

Gunadi menjelaskan bahwa pada Desember 2022, 47% Pertashop hanya mampu menjual 0-200 liter per hari, dengan perhitungan omset sebesar Rp5.100.000 dan pengeluaran gaji karyawan sebesar Rp4.000.000.

Ini merupakan kerugian bagi pemilik Pertashop, terlebih masih ada iuran BPJS, kerugian, kewajiban kepada bank, dan pengeluaran lainnya.

Perubahan harga minyak dunia pada April 2022 mengakibatkan kenaikan harga Pertamax dan terjadinya disparitas harga antara Pertamax dan Pertalite.

BACA JUGA : Blok M Plaza Kembali Bersinar, Apa Kabar Mall disana ?

Hal ini menyebabkan penurunan drastis omset Pertashop menjadi 16 ribu liter per bulan, dibandingkan dengan rata-rata 30 ribu – 38 ribu liter per bulan sebelumnya.

Pada Februari 2023, Direktur Utama PT Pertamina, Nicke Widyawati, merespons permasalahan ini dengan menyatakan bahwa Pertamina telah merencanakan kerja sama dengan beberapa BUMN.

Seperti Bulog, BRI, Kantor Pos, Pupuk Indonesia, dan Telkomsel, untuk meningkatkan nilai ekonomi Pertashop.

Berita Terkait

Tinggalkan Balasan