JABAR EKSPRES – Sejumlah orang tua yang mendaftarkan anaknya ke SMAN 1 Batujajar, Kabupaten Bandung Barat (KBB) protes karena anak mereka tidak diterima.
Belasan orang tua siswa yang mayoritas warga Desa Selacau itu menganggap bahwa tempat tinggal mereka dekat dengan sekolah.
”Saya tinggal di RW 15, radius sekolah hanya 735 mater, dinyatakan tidak lulus. Tapi anak tetangga saya jaraknya 900 meter tapi lolos. Ini kan aneh,” papar Ferdy kepada wartawan, Selasa (11/7/2023).
”Lebih aneh lagi pihak sekolah mencantumkan radiusnya 600 meter, kok bisa berubah padahal rumah dekat saya malah lebih jauh dari sekolah,” imbuhnya.
Menurut Ferdi, selain dia, ada juga beberapa orang tua murid yang mengalami hal serupa. Dia minta ada transparansi pengumuman PPDB tahun 2023 di SMA Negeri 1 Batujajar.
”Orang tua siswa lainnya memiliki PPDB jalur zonasi kurang transparan dan akuntabel. Banyak siswa yang tinggal jauh dari sekolah bisa diterima, tapi warga yang berdekatan tidak bisa mengenyam bangku pendidikan,” bebernya.
Minta Sekolah Lebih Transparan
Ferdy berharap pihak sekolah lebih transparan dengan cara membuka sekaligus memverifikasi lokasi seluruh siswa yang dinyatakan lulus PPDB jalur zonasi. Jangan-jangan, banyak peserta yang memakai kordinat bodong agar bisa lebih dekat dengan sekolah.
”Saya minta kroscek, kordinat diverifikasi. Agar terbuka dan tidak ada protes dari warga yang sama-sama jarak rumahnya dekat sekolah. Jadi gak cuma mengandalkan surat domisili dan kordinat saja,” jelasnya.
Senada dikatakan Herlina (52) warga RT 01 RW 05, Desa Selacau, Kecamatan Batujajar, Kabupaten Bandung Barat, jarak tempat tinggalnya dengan sekolah hanya 500 meter. Namun, anaknya tak lolos.
Padahal, dia ingat betul saat SMAN 1 Batujajar pertama kali dibangun. Waktu itu, perwakilan pihak sekolah bicara kepada warga bahwa pendirian SMA di tempat itu akan memprioritaskan siswa yang tinggal dekat sekolah. Namun, nyatanya tatkala anaknya mendaftar, justru tak lolos.
”Saya tinggal di RW 05 sedangkan sekolah ini letaknya di RW 04. Jaraknya cuma 500 meter ke sekolah, tapi anak saya gak lolos,” kata Herlina.
”Saya sakit hati, masa warga sini gak keterima. Padahal waktu ini berdiri bilang ke warga mau prioritas masyarakat di sini,” tambahnya.