JABAR EKSPRES – Dinas Kesehatan Provinsi Jawa Barat menyebut adanya angka kematian akibat Demam Berdarah Dengue (DBD), dikarenakan telatnya pemberian penanganan medis saat pasien mulai timbul gejala.
Ketua Tim Pencegahan Pengendalian Penyakit Menular Dinkes Jabar, Yudi Koharudin menjelaskan, gejala DBD yang biasanya terjadi adalah timbulnya suhu panas pada tubuh selama tiga hari berturut-turut.
“Jadi ini sangat hati-hati manakala misalnya di rumah ada anak yang demam atau siapapun selama tiga hari tidak turun-turun (panasnya), maka itu harus segera dibawa ke fasyankes (fasilitas layanan kesehatan) untuk dilakukan pengecekan,” ucapnya saat dihubungi, Selasa (11/7).
Yudi mengungkap karatekeristrik penyakit DBD dinilai sangat unik. Pasalnya kata dia, gejala panas yang terjadi akan mengalami turun naik 3 – 4 hari.
“Tapi nanti akan naik kembali (panasnya), nah itulah yang sering disebut DSS (dengue soft syindrom), dan kalau sudah kena DSS, itu akan susah mengobatinya dan biasanya penyebab meninggalnya itu, terlambat mengobatinya,” ungkapnya
Maka dari itu, agar kasus DBD khususnya di wilayah Jabar dapat diantisipasi, Yudi meminta kepada seluruh masyarakat untuk tetap menjaga pola hidup bersih di lingkungan sekitarnya.
BACA JUGA: Daya Tampung Lulusan SD ke SMPN di Bogor Masih Jomplang, Komisi IV: Perlu Pemerataan Sekolah!
Selain itu, masyarakat juga diimbau agar dapat menanam taman yang dapat mengusir nyamuk khususnya Aedes Aegypti atau DBD.
“Maka untuk pencegahannya, 0selain menjaga pola hidup bersih, kita juga imbau masyarakat untuk menanam bunga yang dapat mengantisipasi atau mengusir nyamuk khususnya DBD. Karena nyamuk ini, aktifnya di siang hari,” pungkasnya.
Untuk diketahui, berdasarkan data yang diberikan Dinkes Jabar bahwa angka kasus DBD selama periode Januari – Juli 2023 telah menyentuh di angka 7.512 kasus dengan kematian sebanyak 49 orang.