JABAR EKSPRES – Pertanyaan menarik ini muncul setelah Bahlil Lahadalia menjelaskan bahwa karakter merupakan hal penting dalam memilih pemimpin, dengan memberikan contoh Presiden Joko Widodo yang minim retorika namun konsisten dalam eksekusi.
Dalam Festival Gen Z yang diselenggarakan secara virtual, Bahlil bertanya kepada para generasi Z tentang preferensi mereka terkait sosok pemimpin yang ideal untuk Indonesia. Ia mencatat bahwa Presiden Jokowi bukanlah ahli pidato atau menggunakan gestur tangan yang berlebihan, dan buku-buku referensi yang banyak juga bukanlah faktor penentu. Namun, Jokowi tetap konsisten dalam menjalankan eksekusi.
“Pertanyaan saya untuk kalian sekarang, apakah kalian mencari pemimpin yang pandai pidato atau pemimpin yang pandai eksekusi?” ungkap Bahlil.
Baca Juga: Fakta Baru dari Eks Karyawan Al Zaytun Tentang Panji Gumilang
Bahlil juga memberikan saran kepada generasi Z, yang sebagian besar akan memilih dalam Pemilu 2024. Ia menyarankan mereka untuk mempertimbangkan rekam jejak calon pemimpin tersebut saat menjabat di posisi pemerintahan. Menurut Bahlil, generasi muda perlu melihat apakah pemimpin tersebut lebih banyak bekerja atau berbicara. Namun, yang lebih penting dari itu, Bahlil menekankan bahwa generasi muda harus memilih pemimpin yang sesuai dengan karakter yang mereka inginkan.
“Siapapun boleh memilih, tetapi jika ada pemimpin yang pernah menjabat, periksa rekam jejaknya. Yang ideal adalah pemimpin yang pandai pidato dan pandai bekerja. Itu sangatlah sempurna,” jelas Bahlil.
“Bahkan, perhatikan juga apakah pemimpin tersebut lebih banyak bekerja atau berpidato. Yang ketiga, pertimbangkan seperti apa karakter yang kalian inginkan,” tambahnya.
Selain itu, Bahlil juga membahas beberapa karakter calon pemimpin yang sedang ramai diperbincangkan belakangan ini. Ia menyebutkan seseorang yang telah beberapa kali mencalonkan diri namun gagal, namun tetap mencoba lagi.
Baca Juga: Cegah Kasus Antraks Meluas, Pemprov Jabar Siapkan Antisipasi
Ia juga menyebutkan karakter seorang pemimpin yang telah diberi tanggung jawab namun dianggap memiliki kinerja yang kurang dan hanya suka berpidato. Respons atas penggambaran tersebut menimbulkan kehebohan di antara generasi Z yang hadir.