JABAR EKSPRES – Kepolisian Prancis memutuskan untuk melarang rencana unjuk rasa warga di Paris menyusul terjadinya kerusuhan selama sepekan terakhir. Rencana demonstrasi yang awalnya dijadwalkan di Place de la Republique pada Sabtu (8/7) harus dibatalkan.
Aksi damai tersebut semula direncanakan oleh keluarga Adama Traore, seorang warga Prancis berkulit hitam yang meninggal dalam tahanan polisi dalam keadaan yang mirip dengan kasus pembunuhan George Floyd di Amerika Serikat.
Mlansir dari berbagai sumber, menurut laporan dari Channel News Asia, juru bicara kepolisian Paris menjelaskan bahwa rencana tersebut dilarang karena dianggap berpotensi mengancam ketertiban umum. Juru bicara tersebut juga menyinggung adanya ketegangan yang muncul pasca kerusuhan di berbagai wilayah Prancis.
Awalnya, demonstrasi direncanakan dalam bentuk long march di Beaumont-sur-Oise, sebuah daerah pinggir Paris yang merupakan tempat Traore meninggal pada tahun 2016.
Baca Juga: Perang Saudara Sudan Mengganas, Lebih dari 1.000 Orang Mati!
Namun, otoritas setempat memutuskan untuk melarang rencana tersebut dengan alasan meningkatnya risiko terhadap ketertiban dan keamanan publik. Putusan larangan tersebut diambil oleh pengadilan pada Jumat (7/7).
Para pemimpin sayap kiri juga sebelumnya mengumumkan niat mereka untuk bergabung dalam unjuk rasa tersebut. Namun, akhirnya seluruh rencana tersebut harus dibatalkan dan belum ada kejelasan mengenai rencana penyelenggara untuk mengajukan banding terhadap larangan terbaru tersebut.
Sejak 27 Juni lalu, unjuk rasa hingga bentrokan antara para demonstran dan polisi pecah di beberapa kota di Prancis. Demonstrasi pertama kali meletus di Nanterre, selatan Paris, sekitar Selasa (27/6) malam.
Gelombang protes tersebut dengan cepat meluas ke ibu kota dan kota-kota besar lainnya, seperti Lyon, Marseille, dan Toulouse. Penjarahan juga terjadi di beberapa lokasi.
Baca Juga: Tragedi Kecelakaan Pesawat di Los Angeles AS Menewaskan 6 Orang
Kerusuhan ini bermula setelah seorang remaja imigran ditembak oleh polisi. Nahel M, remaja tersebut, ditembak oleh petugas polisi ketika sedang mengendarai sebuah mobil Mercedes kuning di Nanterre.
Menurut Jaksa Nanterre, Pascal Prache, penembakan terjadi karena petugas polisi khawatir mobil tersebut akan menabrak orang-orang di sekitarnya.