JAKARTA – Anggota Komisi I DPR RI Mayjen TNI (p) TB Hasanuddin mendesak Kementerian Pertahanan (Kemenhan) untuk memberikan keterangan kepada publik terkait pemberitaan yang ramai soal produk senjata serbu prototipe (SS) IFAR 22 peluru kaliber 5,56 mm yang diduga tak berizin.
“Ada beberapa hal yang harus dijelaskan oleh Kementerian Pertahanan kepada publik. Pertama, apakah pengembangan SS IFAR melibatkan Pindad sebagai pemandu utama? Hal ini sangat penting mengingat Pindad juga mengembangkan jenis senapan serbu yang serupa yang digunakan oleh TNI. Jangan sampai terjadi duplikasi alutsista,” kata Hasanuddin saat dikonfirmasi media, Minggu (2/7).
Lalu yang kedua, kata Hasanuddin, sudah sejauh mana proses ujicoba dan sertifikasi terhadap SS IFAR tersebut.
Publik harus tahu apakah SS IFAR tersebut memenuhi standar militer Indonesia.
“Ketiga, mengenai status izin produksi alutsistanya dari Kemenhan, bagaimana?” cetusnya.
Politisi senior PDI Perjuangan ini juga mempertanyakan soal user yang diproyeksikan akan menggunakan SS IFAR tersebut.
“Siapa yang akan menggunakan apakah TNI? atau mau diekspor? Hal ini harus clear untuk meminimalisir potensi penyalahgunaan dikemudian hari,” tandas legislator dari daerah pemilihan Jawa Barat IX (Subang-Majalengka-Sumedang) ini.
Sebelumnya Center of Energy and Reaources Indonesia (CERI) menenggarai PT Republik Armamen Industri (RAI) diduga melakukan kanibalisasi komponen 7 pucuk senjata serbu SS2 V4 buatan PT Pindad untuk membuat produk senjata serbu prototipe IFAR 22 peluru kaliber 5,56 mm.
“Kami mendapat informasi bahwa PT Republik Armamen Industri telah pula berhasil membeli sebanyak 7 pucuk senjata serbu SS2 V4 dari PT Pindad di awal tahun 2022. Dimana diketahui alasan pembelian 7 pucuk senjata ini untuk pemakaian pada drone, ternyata diduga senjata itu dikanibal untuk dibuat menjadi prototipe IFAR 22,” ungkap Direktur Eksekutif CERI, Yusri Usman.
Menurut Yusri, berdasarkan informasi dari laman Wikipedia tentang senjata serbu IFAR 22, sejarah produksinya, PT Republik Armamen Industri menyebut dirinya sebagai perancang produk dan pabrikan serta mulai produksi di dalam negeri pada tahun 2023.
“Ternyata senjata prototipe IFAR 22 kaliber 5,56 mm telah juga diuji coba pada 24 Maret 2023 di lokasi Lapangan Tembak TNI Batujajar, Jawa Barat,” ungkap Yusri.