JABAR EKSPRES – Sebagai salah satu negara Muslim, Yordania turut mengecam aksi pembakaran Al-Qur’an di Swedia dan menganggapnya sebagai bentuk Islamofobia.
Aksi pembakaran Al-Qur’an ini sontak memancing amarah negara-negara Islam di dunia, termasuk Yordania.
“Membakar Alquran adalah tindakan kebencian yang berbahaya, dan manifestasi Islamofobia yang memicu kekerasan dan menghina agama, dan sama sekali tidak dapat dianggap sebagai bentuk kebebasan berekspresi,” kata Kementerian Luar Negeri Yordania, dikutip oleh JabarEkspres.com dari TRT World.
Aksi provokatif tersebut lantas kembali mengangkat persoalan Islamofobia ke permukaan.
Berikut ini merupakan penjelasan perihal Islamofobia. Simak penjelasan lengkapnya di bawah ini.
BACA JUGA: Dunia Muslim Mengutuk Aksi Pembakaran Al-Qur’an yang Diizinkan oleh Pemerintah Swedia
Pengertian Islamofobia
Islamofobia merujuk pada ketakutan, kebencian, atau prasangka terhadap agama Islam dan orang-orang Muslim.
Istilah ini digunakan untuk menggambarkan sikap diskriminatif dan permusuhan yang ditujukan kepada individu atau kelompok Muslim berdasarkan keyakinan agama mereka.
Islamofobia juga mencakup stereotipe negatif, diskriminasi, dan tindakan kekerasan terhadap Muslim atau yang dianggap Muslim.
Islamofobia sering kali muncul karena ketidaktahuan, pemahaman yang salah, atau pandangan yang sempit terhadap Islam.
Beberapa faktor yang berkontribusi terhadap penyebaran islamofobia adalah peristiwa terorisme yang dikaitkan dengan kelompok ekstremis Islam, liputan media yang bias atau sensasionalis, dan propaganda yang memperkuat pandangan negatif terhadap Islam.
BACA JUGA: Atas Nama Kebebasan Berekspresi, Swedia Izinkan Aksi Pembakaran Al-Qur’an
Efek dari sentimen ini dapat meliputi diskriminasi dalam berbagai bidang, seperti lapangan kerja, perumahan, pendidikan, dan kehidupan sehari-hari.
Muslim sering kali menjadi korban pelecehan, kekerasan, atau pembatasan hak mereka karena agama mereka.
Hal ini juga dapat mempengaruhi kesejahteraan psikologis dan emosional individu Muslim, menghasilkan rasa takut, ketidakamanan, dan alienasi.
Penting untuk membedakan antara kritik yang konstruktif terhadap agama dan praktik Islam dengan islamofobia.
Kritik yang berlandaskan pada pemahaman yang akurat, saling pengertian, dan dialog yang terbuka adalah bagian dari kebebasan berekspresi.
Namun, sentimen ini tidak produktif dan merugikan, karena ia memperkuat permusuhan dan konflik antar kelompok serta melanggengkan stereotipe yang tidak akurat.