JABAR EKSPRES – Kamis (22/6/2023) lalu, Beijing dihebohkan oleh suhu yang mencapai 41 derajat Celcius, memecahkan rekor hari terpanas di bulan Juni. Gelombang panas yang sebelumnya melanda China utara kembali menerjang ibu kota. Stasiun cuaca di pinggiran selatan Beijing mencatat suhu puncak sebesar 41,1 derajat Celcius pada pukul 15.19 waktu setempat, seperti dilaporkan oleh Beijing Daily.
Rekor suhu tertinggi bulan Juni sebelumnya tercatat pada 10 Juni 1961 dengan angka 40,6 derajat Celcius.
Di Tanghekou, sebuah kota kecil di timur laut Beijing, suhu bahkan melonjak hingga 41,8 derajat Celcius, menjadikannya tempat terpanas di China pada Kamis tersebut.
Dalam menghadapi kondisi cuaca yang ekstrem ini, Beijing telah meningkatkan peringatan menjadi oranye, peringatan cuaca paling parah kedua, dengan perkiraan suhu mencapai 39 derajat Celcius mulai Kamis hingga Sabtu.
Suhu mencapai 41,1 derajat Celcius pada Kamis adalah yang tertinggi kedua dalam sejarah kota tersebut. Rekor suhu tertinggi yang pernah tercatat di ibu kota yang dihuni oleh hampir 22 juta penduduk itu adalah 41,9 derajat Celcius pada 24 Juli 1999.
Baca Juga: Tim Pencari Kapal Selam Wisata Titanic Sebut Ada Suara Saat Pencarian
Bukan tanpa alasan jika netizen di platform media sosial Weibo mengungkapkan kekagetan mereka atas panasnya cuaca ini. “Apakah ada tiga matahari yang bersinar di atas Beijing saat ini? Sungguh panas hingga membuat saya gemetar,” tulis salah satu pengguna.
Selain Beijing, Tianjin, Hebei, dan Shandong di bagian utara dan timur China juga dilanda gelombang panas minggu sebelumnya. Bahkan, biro cuaca nasional mengeluarkan peringatan serangan panas hampir dua minggu lebih awal dari tahun-tahun sebelumnya.
Dampak gelombang panas ini pun mendorong pihak berwenang untuk melindungi tanaman serta memastikan keselamatan para wisatawan. Pekerjaan di luar ruangan juga dihentikan selama periode cuaca paling panas.
Otoritas cuaca Beijing pun mengimbau masyarakat untuk menghindari aktivitas olahraga di luar ruangan dalam waktu yang lama dan mengambil langkah-langkah efektif untuk melindungi diri dari paparan sinar matahari.
Di Tianjin, sebuah kota pelabuhan dengan populasi lebih dari 13 juta jiwa, permintaan akan AC meningkat drastis dan menyebabkan beban jaringan listrik mencapai 14,54 juta kilowatt pada 15 Juni, naik sebesar 23 persen dibandingkan tahun sebelumnya. Kondisi tersebut mendorong departemen utilitas untuk melakukan patroli harian di terowongan bawah tanah guna memastikan kabel listrik berfung si dengan baik.